REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Supermodel terkenal Gigi Hadid baru-baru ini melalui media sosial menyuarakan solidaritasnya terhadap Palestina, khususnya mengatasi konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas. Bersama Bella Hadid, saudara perempuannya, Gigi secara konsisten mengadvokasi perjuangan Palestina selama jangka waktu yang lama.
Dilansir Zoom, Ahad (26/11/2023), dalam Instagram Story yang terkenal, Gigi mengkritik karakterisasi Israel terhadap warga Palestina sebagai “teroris”. Dia menulis, “Israel memandang setiap warga Palestina sebagai “teroris”, Setiap orang yang mendukung hak-hak Palestina sebagai “antisemit”, dan setiap orang Yahudi yang menentang tindakan pemerintah sebagai “membenci diri sendiri,” Perempuan berusia 28 tahun ini juga menulis, “bahkan meminta mereka untuk mengecam Yudaisme mereka.. Jadi… semua orang berbohong dan salah, kecuali Israel ?!! Jika tidak begitu jahat & mengganggu, itu akan menjadi komedi.”
Hadid bersaudara memiliki hubungan pribadi dengan konflik tersebut, yang berakar pada sejarah keluarga mereka. Ayah mereka, Mohamed Anwar Hadid, dan keluarganya dievakuasi dari Palestina pada tahun 1947 dan 1949, menambah dimensi mendalam pada advokasi mereka.
Dukungan Gigi terhadap Palestina terlihat jelas bahkan pada awal konflik di awal Oktober ketika dia menyatakan solidaritasnya terhadap para korban perang yang tidak bersalah.
Di sisi lain, aktris Melissa Barrera, yang dikenal karena perannya dalam waralaba Scream, menghadapi pemutusan hubungan kerja menyusul postingan terkait konflik Israel-Gaza. Spyglass, perusahaan produksinya, menyebut “tidak ada toleransi terhadap antisemitisme “ sebagai alasan pemecatannya.
Berrera menanggapinya di Instagram, menegaskan kembali komitmennya untuk berbicara bagi mereka yang membutuhkan dan mengadvokasi perdamaian hak asasi manusia, dan kebebasan.
Aktris veteran Susan Sarandon pun mengalami situasi serupa. Dia dikeluarkan dari United Talent Agency.
Keputusan ini menyusul kehadirannya di rapat umum pro-Palestina dan komentar mengenai ketakutan yang dialami oleh beberapa individu Yahudi. Sarandon mengungkapkan keprihatinannya mengenai ketakutan orang-orang terhadap identitas Yahudi mereka dan menyamakannya dengan tantangan yang dihadapi umat Islam di Amerika Serikat (AS) yang sering menjadi sasaran kekerasan.
“Saat ini banyak orang yang takut menjadi orang Yahudi, dan mulai merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang Muslim di negara ini, yang sering kali menjadi sasaran kekerasan,” kata dia.