REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan rupiah di perdagangan Kamis (7/12/2023) sore, tertahan oleh peningkatan cadangan devisa Indonesia pada November 2023 menjadi 138,1 miliar dolar AS, dibandingkan dengan posisi Oktober 2023 sebesar 133,1 miliar dolar AS.
"Kondisi ini juga dapat menjadi sentimen positif bagi market yang masih cenderung volatile dalam jangka pendek menjelang Federal Open Market Committee (FOMC) meeting Desember pada pekan depan," kata analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri di Jakarta, Kamis (7/12/2023).
Reny menuturkan, daya tahan rupiah juga dijaga oleh bauran kebijakan Bank Indonesia (BI) yang tetap melakukan triple intervention dan merilis tiga instrumen baru untuk pendalaman pasar serta menarik aliran dana asing. Tiga instrumen tersebut yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Di sisi lain, pasar valas global masih menunggu dan mencermati keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed terhadap arah kebijakan Fed Funds Rate ke depan.
Dari data-data ekonomi terakhir, pasar tenaga kerja AS menunjukkan penambahan tenaga kerja yang lebih rendah dari ekspektasi sehingga menimbulkan spekulasi The Fed akan segera menyelesaikan era suku bunga tingginya dan tidak lagi menaikkan suku bunganya ke depan.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa pemberi kerja di AS membukukan 8,7 juta lowongan pekerjaan pada Oktober, yang merupakan jumlah terendah sejak Maret 2021. Hal itu merupakan tanda bahwa perekrutan tenaga kerja mengalami penurunan seiring dengan kenaikan suku bunga namun masih dalam kecepatan yang sehat. Tingkat inflasi AS juga menunjukkan penurunan secara bertahap dan diharapkan makin mendekati target The Fed yang sebesar 2 persen.
Pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah melemah 21 poin atau 0,14 persen menjadi Rp 15.515 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp 15.494 per dolar AS.
Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis menurun ke posisi Rp 15.536 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp 15.504 per dolar AS.