REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaum muslimin sempat mengalami kepanikan dalam mempersiapkan perang Tabuk melawan pasukan Romawi. Bahkan kaum munafik memanfaatkan momen ini untuk mendirikan masjid yang berlandaskan kekufuran.
Seperti dikutip dari Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah ﷺ disarikan dari kitab Ar-rahiqul Makhtum, Berita tentang persiapan kaum Romawi sayup sayup terdengar di kalangan kaum muslimin di Madinah. Kekhawatiran menjalar di tengah masyarakat. Jika ada suara suara yang tidak biasa terdengar, mereka segera menduga bahwa hal itu adalah serbuan kaum Romawi. Bahkan disebabkan beratnya memikirkan hal tersebut, Rasulullah ﷺ sempat menjauhi isterinya selama sebulan, sehingga sebagian sahabat mengira bahwa beliau telah mentalak isteri-isterinya.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab radhiyallahu anhu suatu hari berada di rumahnya, tiba-tiba datang seorang sahabat dari Anshar dengan tergesa-gesa menuju rumahnya seraya berkata :
“Buka, Buka”. Umar berkata: “Apakah (suku) Ghassan sudah datang?”, shahabat tadi berkata : “Justru lebih besar dari itu, Rasulullah ﷺ telah menceraikan isteri-isterinya".
Kaum munafik yang menyaksikan kepanikan kaum muslimin kala itu segera mengambil kesempatan untuk memenuhi dendam kesumat mereka. Mereka mendirikan markas dalam bentuk masjid yang dibangun berdasarkan kekufuran dan untuk memecah belah kaum muslimin. Masjid tersebut kemudian dikenal dengan Mesjid Dhiror (Masjid yang merusak). Mereka menawarkan Rasulullah ﷺ untuk shalat di dalamnya. Namun Rasulullah ﷺ tidak shalat di dalamnya, tapi justru sibuk menghadapi peperangan.
Adapun berhasilnya Rasulullah ﷺ menguasai Jazirah Arabia setelah penaklukan kota Mekkah dan suku-suku yang ada di dalamnya, menimbulkan ketakutan yang luar biasa bagi kekuatan Romawi, kekuatan militer terbesar kala itu. Apalagi mereka pernah merasakan bagaimana tangguhnya pasukan kaum muslimin dalam perang Mutah sebelumnya yang meskipun kala itu, pasukan kaum muslimin tidak berhasil menuntut balas secara setimpal atas terbunuhnya utusan Rasulullah ﷺ oleh bangsa Romawi, namun tampak bahwa kekuatan kaum muslimin tidak boleh dianggap remeh. Apalagi sekarang kekuasan mereka semakin besar dan pengikutnya semakin banyak.
Maka, sebelum terlambat dan menjalarnya kekuasaan Rasulullah ﷺ hingga ke daratan Romawi, Kaisar Romawi menggalang kekuatannya kembali bersama suku Arab yang masih loyal kepada mereka dari keluarga Gashan untuk menyerbu kaum muslimin.
Kepastian berita persiapan bangsa Romawi yang akan menyerbu kaum muslimin di Madinah baru didapatkan setelah ada orang pedusunan dari Syam yang datang membawa minyak Zaitun ke Madinah mengabarkan bahwa Heraklius telah menyiapkan pasukan raksasa berjumlah 40 ribu prajurit, dan sekarang telah tiba di daerah Balqa'.
Kondisi semakin kritis ketika di Madinah pada saat itu, sedang terjadi musim kering yang parah. Masyarakat sedang kesulitan dan sedikit persediaan, sementara itu buah-buahan sedang siap petik, maka tentu saja mereka lebih senang berdiam menunggu hasil pertanian mereka yang siap panen. Di sisi lain, perjalanan menuju tempat pertempuran (daerah Tabuk) sangat jauh dan sangat sulit.
Namun demikian Rasulullah ﷺ mengambil sikap tegas, karena jika hal ini dibiarkan, maka kekuatan Romawi akan semakin berani dan mempengaruhi suku-suku yang selama ini sudah ditundukkan, sehingga kejahiliahan yang telah berhasil ditaklukkan dapat bangkit kembali. Itu artinya, kemenangan yang telah diraih menjadi terancam.
Menyadari hal tersebut sepenuhnya, walaupun kondisi sangat sulit Rasulullah ﷺ memutuskan untuk menghadapi pasukan Romawi di perbatasan negeri mereka dan tidak membiarkan mereka masuk ke negeri Madinah.
Maka Rasulullah ﷺ segera mengumumkan kepada para sahabatnya, suku-suku Arab dan penduduk Mekkah untuk bersiap-siap menghadapi peperangan. Karena itu, jika pada peperangan-peperangan sebelumnya, biasanya Rasulullah ﷺ selalu menyembunyikan hasrat berperang, namun karena bahaya besar yang mengancam dan kondisi dalam negeri yang sulit, kali ini beliau mengumumkan secara terang-terangan bahwa mereka akan menghadapi pasukan Romawi, sehingga masalahnya menjadi jelas bagi masyarakat dan mereka segera menyiapkan segala sesuatunya dengan maksimal.
Mengenai hal ini, Allah kisahkan dalam sebagian dari surat at-Taubah yang memerintahkan mereka untuk tabah dan memotivasi bertempur. Rasulullah ﷺ juga menyerukan untuk bershadagah dan berinfak dengan harta yang paling bernilai di jalan Allah.