REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, menyiagakan personel selama 24 jam. Penyiagaan ini bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana alam pada musim hujan.
"Selama musim hujan, kami menyiagakan personel yang siap diturunkan selama 1x24 jam," kata Sekretaris Daerah Purwakarta, Norman Nugraha, di Purwakarta, Selasa (12/12/2023).
Ia menyampaikan bahwa personel yang disiagakan di antaranya dari Dinas Pemadam Kebakaran serta personel dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purwakarta. Mereka disiagakan beserta peralatan SAR.
Dikatakannya, berkaca pada rentetan bencana yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, bencana alam sering kali terjadi saat musim hujan di akhir tahun. Atas hal itulah kini disiagakan personel, untuk antisipasi kemungkinan terjadinya bencana alam pada akhir tahun ini.
"Kami juga meminta seluruh elemen masyarakat menyadari bahwa bencana alam memang tidak dapat ditolak. Namun hal terpenting adalah upaya bersama untuk dapat meminimalisasi dampak yang mungkin terjadi akibat bencana tersebut," kata dia.
Sesuai dengan catatan BPBD Purwakarta, wilayah Purwakarta masuk kategori sebagai daerah yang rawan bencana di wilayah Jawa Barat. Di antaranya bencana banjir dan longsor atau pergerakan tanah.
BPBD Purwakarta mencatat, sebanyak 37 bencana alam terjadi di 13 kecamatan sekitar Purwakarta selama November 2023. Kepala Pelaksana BPBD Karawang, Heryadi Erlan, menyebutkan, bencana alam itu di antaranya terjadi di Kecamatan Sukasari, Plered, Sukatani, Darangdan, Pondoksalam, Pasawahan, dan Kecamatan Purwakarta Kota.
Selain itu juga terjadi di Kecamatan Babakancikao dan Bungursari, Kiarapedes, Bojong, Wanayasa dan di Kecamatan Cibatu. Dari total 37 kejadian bencana, jenis bencana alam itu meliputi satu kejadian angin puting beliung, lima kejadian bencana tanah longsor, enam kejadian bencana kekeringan, dan 25 kejadian bencana alam lainnya.
Sesuai dengan pendataan BPBD Purwakarta, bencana alam itu berdampak terhadap kerusakan di berbagai sektor seperti kerusakan rumah milik warga dan tempat ibadah, ambruknya tempat penimbunan terbuka (TPT) serta beberapa titik jalan ambles. Akibat bencana alam itu, sebanyak 199 keluarga atau sekitar 96 jiwa terkena dampak. Bahkan ada tiga orang yang luka-luka dan satu keluarga mengungsi.