REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kejaksaan Jerman mendakwa 27 orang karena mendukung organisasi teroris dan mempersiapkan aksi pengkhianatan tingkat tinggi. Dakwaan ini diberikan setelah anggota kelompok sayap kanan ditangkap atas dugaan merencanakan kudeta pada tahun lalu.
Jaksa federal Jerman mengatakan kelompok Reichsbuerger (Warga Reich), yang tidak mengakui pemerintahan Jerman modern ingin membentuk negara baru yang dipimpin aristokrat Heinrich XIII Prinz Reuss.
Jaksa mengatakan asosiasi itu berencana mengirimkan sekelompok orang bersenjata untuk masuk ke parlemen di Berlin, menyandera anggota parlemen dan menggulingkan sistem. Jaksa menambahkan untuk meraih tujuannya kelompok ini merekrut personel militer, membeli peralatan dan mengambil alih tempat latihan menembak.
"Para anggota menyadari rencana pengambilalihan kekuasaan akan melibatkan pembunuhan orang-orang," kata para jaksa penuntut dalam pernyataan yang menguraikan dakwaan yang diajukan pada Senin (11/12/2023).
Kelompok ini ingin membangun angkatan bersenjata di seluruh negeri dan memiliki sinyal "Hari H" untuk memulai aksinya. Mereka juga menyusun daftar musuh-musuhnya.
Jaksa mengatakan dengan sumber keuangan senilai setengah miliar euro, mereka juga memiliki "persenjataan yang besar". Termasuk 380 senjata api, hampir 350 senjata yang dapat digunakan untuk menikam orang dan hampir 500 senjata lainnya ditambah 148 ribu amunisi.
Jaksa menambahkan anggota kelompok ini juga membeli peralatan seperti helm balistik, rompi anti peluru, kacamata inframerah, dan borgol.
"Anggota organisasi ini bersatu oleh penolakan mendalam institusi negara dan tatanan demokrasi yang bebas," kata jaksa federal dalam pernyataanya.
Mereka mengatakan anggota kelompok itu mencampurkan mitos-mitos konspirasi termasuk narasi dari ideologi QAnon. Mereka sangat yakin saat ini Jerman dikuasai anggota yang mereka sebut "deep state."
Sesuai dengan peraturan privasi Jerman, para jaksa penuntut tidak menyebutkan nama lengkap para tertuduh. Kasus-kasus tersebut akan dikirim ke pengadilan di Frankfurt, Munich dan Stuttgart yang akan memutuskan, apakah pengadilan untuk para tersangka akan dilanjutkan.