Rabu 13 Dec 2023 16:13 WIB

Strategi Menjatuhkan Lawan Ala Anies di Debat Capres Cenderung tidak Disukai Pemilih 

Dari segi komunikasi, capres nomor urut 1 Anies Baswedan relatif memimpin.  

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus Yulianto
Gestur capres nomor urut 2 Prabowo Subianto (kiri) dan capres nomor urut 1 Anies Baswedan (kanan) saling sanggah saat sesi debat perdana Calon Presiden di Halaman gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Selasa (12/12/2023). Debat capres perdana mengangkat tema Hukum, HAM, Pemerintahan, Pemberantasan Korupsi, Penguatan Demokrasi, kerukunan masyarakat, dan pelayanan publik.  Debat tersebut berlangsung selama 120 menit yang terdiri dari 6 segmen dan 18 pertanyaan yang dipandu oleh moderator Ardianto Wijaya dan Valerina Daniel.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Gestur capres nomor urut 2 Prabowo Subianto (kiri) dan capres nomor urut 1 Anies Baswedan (kanan) saling sanggah saat sesi debat perdana Calon Presiden di Halaman gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Selasa (12/12/2023). Debat capres perdana mengangkat tema Hukum, HAM, Pemerintahan, Pemberantasan Korupsi, Penguatan Demokrasi, kerukunan masyarakat, dan pelayanan publik. Debat tersebut berlangsung selama 120 menit yang terdiri dari 6 segmen dan 18 pertanyaan yang dipandu oleh moderator Ardianto Wijaya dan Valerina Daniel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Strategi menyerang yang ditunjukkan calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan dinilai cenderung tidak disukai atau kurang permisif bagi pemilih di Indonesia. Apalagi, pemilih untuk segmen orang tua yang menjunjung budaya ketimuran.

"Karakter cenderung menyerang lawan atau menjatuhkan ini bisa diterima, ya, tentu saja sekali lagi itu akan tergantung dari siapa yang akan menilai. Pada hal tertentu dari pemilih orang-orang tua misalkan mungkin kecenderungan hal seperti itu tidak permisif, ya, artinya tidak disukailah dalam budaya ketimuran," ujar pengamat komunikasi politik Universitas Brawijaya, Anang Sujoko, dalam keterangannya pada Rabu (13/12/2023).

Baca Juga

Anang menyebut gaya menyerang Anies pada debat capres perdana Selasa (12/12/2023) malam ini juga keluar dari kebiasaan retorika mantan gubernur DKI Jakarta tersebut. Ia menilai gaya menjatuhkan ini sengaja didesain untuk menguji para calon lainnya baik dari segi kesiapan maupun data.

Karena itu, dari segi komunikasi, capres nomor urut 1 Anies Baswedan relatif memimpin dari pesaingnya Prabowo Subianto maupun Ganjar Pranowo. "Kali ini, saya menduga Anies sebetulnya sedang dalam posisi untuk menguji emosi dari paslon yang lain," ujar Anang.

Namun demikian, meski memimpin dari segi komunikasi, Anang menilai hasil debat semalam tidak menjadi penentu bagi pemilih menentukan pilihan. Karena pada dasarnya, pemilih terbagi atas pemilih loyal, rasional dan juga apatis.

Bagi pemilih loyal, maka perdebatan tadi malam itu tidak akan menggoyahkan pilihan seseorang. Sedangkan pemilih yang sifatnya rasional dimungkinkan untuk memperhatikan kontennya untuk menentukan pilihan.

"Tetapi pemilih rasional ini relatif sedikit, ya. Karena pada dasarnya mereka juga sudah mengulik-ngulik informasi yang kemudian itu menjadi sebuah pertimbangan dalam nanti menentukan pilihannya. Kalau pemilih apatis, ya, artinya dia tidak memperhatikan perdebatan itu sebagai apa tetapi kemudian nanti akan bisa dipengaruhi oleh pemilih loyal dan pemilih yang rasional ini," ujarnya.

Debat perdana antarcapres semalam berlangsung hangat di mana Anies Baswedan tampil menyerang sejak awal terhadap Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo yang kemudian dibalas serangan oleh sebaliknya. Debat perdana bertema pemerintahan, hukum, HAM, pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, peningkatan layanan publik, dan kerukunan warga. 

Debat terdiri atas enam segmen dan durasi 120 menit ini diawali dengan pemaparan visi-misi paslon sesuai tema. Selanjutnya, segmen kedua hingga kelima merupakan sesi pendalaman visi-misi, program kerja, menjawab pertanyaan panelis yang disampaikan moderator, tanggapan capres lain, dan tanggapan balik. Kemudian segmen keenam sebagai sesi pernyataan penutup.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement