Kamis 14 Dec 2023 21:10 WIB

Jelang Akhir Tahun, Ini Saham Blue Chip yang Bisa Dilirik

Saham ASII, TLKM, EXCL, AKRA dinilai masih bagus untuk diakumulasi.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (18/11/2022).
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (18/11/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengungkapkan, ada beberapa sektor yang prospektif tahun depan. Meliputi sektor teknologi digital, perbankan, otomotif, telekomunikasi, logistik, dan sektor lain yang terkait konsumsi.

Head of Research Team Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy mengatakan, nilai wajar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2024 berada di kisaran 8.100 pada semester II. "Itu setelah pelonggaran kebijakan moneter dan kejelasan hasil pemilu putaran kedua," ujar Robertus dalam Media Day di Jakarta, Kamis (14/12/2023).

Baca Juga

Ia menjelaskan, potensi penguatan indeks saham utama domestik tersebut didukung oleh beberapa faktor. Di antaranya, besarnya potensi pelonggaran kebijakan moneter bank sentral global, sehingga memicu iklim investasi positif, baik bagi pasar saham maupun pasar obligasi. 

Dia juga menilai kondisi itu menjadi peluang memilih strategi investasi yang lebih agresif. Jelang akhir 2023, Robertus memprediksi IHSG masih memiliki potensi penguatan pasar signifikan akibat aksi mempercantik portofolio oleh investor besar (window dressing) akhir tahun atau biasa disebut Santa Claus Rally terutama pada beberapa saham unggulan atau blue chip.

Berbagai saham unggulan itu dinilai masih memiliki valuasi cukup menarik untuk kembali diakumulasi. Beberapa dari saham tersebut yaitu PT Astra International Tbk (ASII), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).

ASII memiliki valuasi rasio harga saham per laba (P/E) yang terus turun mendekati level Maret 2020 meskipun valuasi profitabilitas keuntungan ekuitas (ROE) yang meningkat. Harga saham dan valuasi TLKM juga membaik dari sebelumnya yang turun tajam. 

Saham blue chip lain yaitu EXCL, yang valuasi rasio harga saham per nilai buku (P/BV)-nya sudah turun ke bawah satu kali. "Menurut kami saham EXCL sudah cukup menarik, meskipun profitabilitas ROE tidak setinggi emiten lain di sektornya, tetapi emiten memiliki rencana besar untuk mengonsolidasikan 750 ribu pengguna jasa PT Link Net Tbk (LINK)," jelasnya.

Transaksi tersebut, lanjut dia, masih menunggu persetujuan regulator dan diharapkan selesai pada kuartal I 2024. Aatu saham blue chip yang masih lagging dan menarik yaitu AKRA, rasio P/E perusahaannya masih cenderung stagnan, meski profitabilitas ROE masih terus mengalami kenaikan.

Baru-baru ini, perusahaan logistik BBM itu telah menetapkan proyeksi pertumbuhan laba bersih mencapai 12 persen-15 persen year on year (yoy) pada 2024 mendatang. Ditopang oleh permintaan BBM dan kimia dasar dari Kawasan Indonesia Timur, terutama dari industri pemurnian-peleburan hasil tambang dan mineral (smelter). Perseroan juga optimistis penjualan lahan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik (Jatim) akan mendukung kinerjanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement