Senin 25 Dec 2023 15:03 WIB

Aktor 'Squid Game' Filipina Ngaku Alami Rasisme di Korea, Ini Hal Buruk yang Dialaminya

Aktor Squid Game mengaku pernah dilempar kubis dan diusir dari bus.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Qommarria Rostanti
Aktor pemeran serial Squid Game dari Filipina, Christian Lagahit. Dia mengaku pernah mengalami rasisme dan diskriminasi di Korea Selatan.
Foto: Dok. Instagram/@chrisyan8
Aktor pemeran serial Squid Game dari Filipina, Christian Lagahit. Dia mengaku pernah mengalami rasisme dan diskriminasi di Korea Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor serial "Squid Game" asal Filipina, Christian Lagahit, yang juga dikenal sebagai Pemain 276 di serial tersebut melakukan wawancara dengan Asian Boss. Dia mengungkapkan, dirinya mengalami diskriminasi sebagai orang asing di Korea Selatan, termasuk insiden mengerikan yang terjadi di dalam bus.

Lagahit menyebut bentuk diskriminasi yang dialaminya di Korea sebagai stereotyping. Dia menceritakan kejadian paling rasis yang menimpanya. Dilansir Koreaboo, Senin (25/12/2023), beberapa tahun yang lalu, dia naik bus desa kecil yang dipenuhi orang.

Baca Juga

“Yang paling berkesan adalah saya berada di dalam bus desa. Itu adalah perjalanan terakhir, dan saya duduk di belakang karena ukurannya sangat kecil. Bus tersebut hanya mampu menampung beberapa orang untuk duduk, sehingga orang lain pun sudah berdiri di dalam bus,” ujar Lagahit. 

Dia memperhatikan seorang wanita berusia 50-an sedang menatapnya, tetapi dia tidak mempedulikannya pada awalnya. Namun beberapa menit kemudian, sebuah kubis tiba-tiba mengenai wajahnya. 

“Ada wanita yang hanya menatap saya. Awalnya saya tidak memperhatikan karena saya pikir dia mungkin sedang melihat ke arah anak laki-laki, karena ada anak laki-laki di depan saya. Saya pikir mungkin dia hanya melihat ke arah para siswa. Beberapa menit berlalu, aku terkejut ketika ada sesuatu yang mengenai wajahku. Dia melemparkan kubis ke wajah saya, tepat ke wajah saya” katanya. 

Lemparan kubis itu membuat kacamata Lagahit terlepas dari wajahnya. Ketika dia akhirnya menemukannya di lantai bus, kacamatanya sudah rusak. Lagahit tidak punya pilihan selain memakainya untuk membantu penglihatannya yang kabur. 

“Saya menggunakan kacamata rusak untuk melihat karena saya rabun jauh,” ujarnya.

Dalam kebingungan, dia bertanya kepada wanita itu mengapa dia melemparkan kubis ke arahnya. Bagian yang paling memilukan adalah tidak ada seorang pun yang membela dia meskipun dia dikelilingi oleh banyak orang. 

“Lalu saya bertanya, ‘Maaf, apa yang terjadi di sini? Mengapa Anda melemparkan sayuran ini ke arah saya?’ Bagian tersulitnya adalah tidak ada seorang pun yang memperhatikan saya. Ada banyak orang di dalam bus, tetapi tidak ada seorang pun di sana yang setidaknya membantu saya,” katanya. 

Wanita yang menyerangnya tetap diam. Orang lain yang menjelaskan niatnya, mengatakan bahwa wanita berusia 50-an ingin dia keluar dari bus karena dia yakin hanya orang Korea yang berhak menggunakannya. Ketika Lagahit mengatakan tidak ada bus khusus orang asing dan dia tidak tahu cara memanggil taksi, dia diberi tahu bahwa dia harus tetap keluar. 

Kejadian itu membuat Lagahit ingin menangis di dalam hati. Baginya, hal yang paling buruk bukanlah kubis yang dilemparkan ke wajahnya, melainkan orang-orang yang secara sadar mengambil keputusan untuk berpura-pura tidak memperhatikan ketidakadilan yang terjadi di sekitar mereka. 

“Tidak ada yang bisa saya lakukan lagi. Saya tidak bisa mengeluh, tapi yang tidak saya pahami adalah ada orang lain di dalam bus kecil itu. Saya merasa sangat sedih karena tidak ada seorang pun yang siap membantu (saya),” ujar dia. 

Wanita rasis itu tidak hanya menyerangnya secara fisik tetapi juga secara verbal. Sebelum turun dari bus, dia berteriak bahwa semua orang asing di Korea adalah “jahat”.

“Bahkan ketika dia hendak meninggalkan bus, dia masih berteriak, ‘Semua orang asing di Korea adalah orang jahat!’. Saya ingat kalimat itu darinya,” kata Lagahit. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement