REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Duta Besar Republik Indonesia untuk Spanyol, Mohammad Najib, mengajak Muhammadiyah untuk meningkatkan peran di kancah global. Mengingat kondisi dunia saat ini dinilai sedang tidak baik-baik saja.
"Saya ingin mengingatkan bahwa dunia kita saat ini sedang tidak baik-baik saja. Untuk itu saya mengajak Muhammadiyah untuk meningkatkan pengambilan peran dalam kancah internasional, dunia butuh Muhammadiyah," kata Najib dalam live streaming, awal pekan ini.
Dia menyebut bahwa terdapat dua faktor besar yang membuat kondisi dunia sedang tidak baik-baik saja. Pertama adalah faktor alam atau climate change yang sangat berpengaruh luar biasa. Climate change ini ada yang disebabkan karena hal yang sudah diketahui manusia, namun ada juga yang belum diketahui.
Adapun yang faktor kedua, kata dia, adalah faktor keserakahan manusia. Keinginan negara-negara tertentu yang mendominasi dinilai mengangkangi atau mengeksploitasi kekayaan alam. Baik dalam bentuk gas, mineral, yang berada di berbagai negara.
"Apa yang kita sikapi karena pemahaman kita terhadap perubahan peta politik dunia tidak sepenuhnya kita mengerti. Hal ini menyebabkan seringkali kita terperangkap dan bereaksi secara sporadis, hanya menyikapi hal-hal yang periferal, bukan persoalan yang substansial," kata dia.
Dia mengatakan bahwa terjadi peta perubahan politik di tingkat global. Kalau semula dunia ini dikenal dengan istilah bipolarbkarena ada kekuatan besar dari negara pertama Rusia dengan Uni Sovietnya, lalu Amerika dengan NATO-nya atau dengan sekutunya, persaingan di antara kedua ini harus berakhir ketika Rusia harus hengkang dari Afghanistan.
Sehingga hal itu melahirkan apa yang disebut dengan dunia yang bersifat monopolar. Yakni dunia yang sepenuhnya dikendalikan oleh Amerika dan sekutunya. Inilah yang disebut Fukuyama dalam bukunya The End of History, bahwa dunia hanya dikuasai Amerika dan sekutunya.
Seiring berjalannya waktu, Najib menjabarkan, kemajuan sains dan teknologi itu membuat negara-negara baru secara ekonomi memiliki kekuatan yang luar biasa berimplikasi terhadap kekuatan politik dan kemudian kekuatan militer.
Hal ini menyebabkan dunia disebut dengan istilah multipolar. Contohnya China, Jepang, India, Korea Selatan, yang merupakan negara-negara baru yang ikut mewarnai peta perubahan politik di tingkat global.
"Sering kita jumpai bahwa perubahan peta ini seperti Perang Dunia Pertama dan Kedua yang melahirkan letupan-letupan yang luar biasa mengguncang dunia. Saat ini dua letupan pertama sudah kita lihat secara nyata beserta dampaknya. Yang pertama perang Ukraina, yang kedua perang Gaza," kata Najib.
Pihaknya menekankan bahwa saat ini dunia tidak ada yang bisa memprediksi letupan api mana yang akan meledak suatu saat. Apakah di Selat Taiwan, di Laut Cina Selatan, atau mungkin saja ada letupan api baru yang tidak diketahui namun telah muncul.
"Kita bisa lihat betapa perang di Gaza sekarang ini Menyebabkan lembaga dunia yang paling kokoh menjadi lumpuh. Disebabkan faktor negara-negara. Karena itu jangan biarkan negara berjuang sendiri, Muhammadiyah harus ikut terjun sebab di dalam kondisi dunia yang seperti sekarang ini peran aktor-aktor negara saja tidak cukup. Diperlukan apa yang disebut sebagai civil society," ujar dia.
Dia mengajak kepada para cendikiawan media massa harus ikut memberikan tekanan-tekanan politik kepada lembaga-lembaga yang ingin mendominasi institusi multilateral seperti PBB dan sebagainya. Pada sisi inilah, kata dia, Muhammadiyah perlu ikut dalam panggilan kemanusiaan.
Baca juga: Alquran Abadikan Tingkah Laku Yahudi yang Bodoh tapi Berlagak Pintar
Muhammadiyah dinilai mempunyai segudang pengalaman bagaimana mendirikan sekolah, rumah sakit, yang bukan hanya dikhususkan untuk umat Islam, tapi untuk kemanusiaan. "Cobalah pengalaman ini kita tingkatkan di tingkat global karena dunia saat ini membutuhkan peran Muhammadiyah," ujar dia.
Terahir dia berharap bahwa para mahasiswa Indonesia yang sekolah di Spanyol berkat perserikatan Muhammadiyah ini mampu mengisi tangki intelektualitas yang tidak hanya sebatas pada lembaran ijazah. Namun juga meningkatkan kemampuan di tingkat global yang dapat bermanfaat bagi kemanusiaan dan pengabdian kepada bangsa negara.