Senin 01 Jan 2024 08:15 WIB

Wisata di China dengan Kereta Cepat

Kereta cepat di China hadir pada 2008 dan pembangunannya tak berhenti hingga kini.

Kereta Cepat (ilustrasi).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kereta Cepat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NANCHANG -- Naik kereta cepat (gao tie) dari satu kota ke kota lain bukan menjadi hal yang luar biasa bagi masyarakat China, karena infrastruktur tersebut sudah ada sejak 2008.

Ibu kota China, Beijing, bahkan memiliki tiga stasiun yang menjadi tempat keberangkatan dan ketibaan kereta cepat. Yaitu, Stasiun Kereta Beijing Selatan, Stasiun Kereta Beijing Barat, dan Stasiun Kereta Beijing. Ketiganya melayani rute yang berbeda-beda.

Baca Juga

Untuk dapat memperoleh tiket kereta cepat, warga dapat memesan di aplikasi resmi Railway 12306, laman www.12306.cn, ataupun aplikasi digital lain, sesuai dengan rute dan kelas yang diinginkan. Sebelum berangkat, penumpang harus memastikan stasiun keberangkatan sesuai dengan tiket, karena bila salah stasiun, maka akan sulit mengejar kereta cepat, mengingat jarak stasiun satu dengan yang lain lumayan berjauhan.

Pemeriksaan tiket di pintu menuju peron biasa dibuka sekitar 15-20 menit sebelum kereta berangkat dan gerbang ditutup 5 menit sebelum keberangkatan.  Penumpang harus cermat mengatur waktu agar tidak terlambat, karena untuk bisa masuk ke setiap stasiun harus lebih dulu melalui pemeriksaan keamanan, pengecekan identitas, dan mencari pintu yang tepat di tengah ribuan penumpang yang menunggu kereta.

Namun penumpang tidak perlu mencetak tiket dan cukup menunjukkan identitas yang digunakan untuk membeli tiket. Untuk warga negara asing (WNA), menunjukkan paspor, sebelum masuk ke peron.

 

Jalur baru

Meski perkembangan kereta cepat tampak pesat, sesungguhnya "baru" 43.700 km jalur kereta cepat yang dibangun di China, dari total 155.500 km jalur kereta di negara seluas 9,6 juta Km persegi atau seluas benua Eropa itu. Jaringan kereta cepat diharapkan akan bertambah menjadi 70 ribu kilometer, pada 2035. Sehingga saat ini pemerintah China, melalui BUMN kereta apinya, yaitu China State Railway Group (CRRC), terus menambah jalur baru kereta cepat.

Satu jalur yang baru dibuka pada 27 Desember 2023 adalah yang menghubungkan dua kota di China timur, yaitu Kota Huangshan di Provinsi Anhui dan Kota Nanchang di Provinsi Jiangxi. Dengan jarak 288 kilometer, menggunakan kereta berkecepatan 350 km/jam, kedua kota dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam 40 menit. 

Ruas Huangshang-Nanchang sebenarnya adalah bagian dari rute Hangzhou-Nanchang sepanjang 560 km. Ruas Hangzhou-Huangshan sudah mulai beroperasi sejak akhir 2018, dilayani kereta cepat dengan kecepatan 250 km/jam.

Ada 10 stasiun yang dilewati, yaitu Nanchang Timur (Nanchangdong), Jinxianbei, Yugan, Poyang, Lepingbei, Jingdezhenbei, Furiangdong, Qimennan, Yixiandong, dan Huangshanbei.

Stasiun Jingdezhenbei dan Huangshanbei adalah stasiun lama yang diperbaharui, sedangkan sisanya adalah stasiun baru. Proses pembangunan rute baru juga telah dimulai sejak Oktober 2018.

Kereta perdana jalur Huangshang-Nanchang adalah bernomor G4012, yaitu dengan tipe CR400 AF atau disebut Fuxing EMU (Electric Multiple Unit) yang digadang-gadang hemat energi. Kereta itu terdiri dari delapan gerbong, dengan gerbong First Class ada di belakang lokomotif, sedangkan sisanya adalah gerbong Second Class. Penumpang Girst Class mendapatkan camilan dan minuman, sedangkan penumpang kelas dua dapat membeli makanan dan minuman di atas kereta.

Kereta berangkat dari Stasiun Nanchangdong (Nanchang Timur) di Distrik Qingshanhu, Kota Nanchang. Stasiun itu adalah stasiun baru, dengan luas bangunan 100 ribu meter persegi, dengan total lahan seluas 235 ribu meter persegi. Ada 8 peron dan 16 jalur di stasiun yang dapat menampung 6.000 penumpang dalam waktu yang sama.

Bangunan atas stasiun dibuat menyerupai burung yang terbang dengan fasad depan tiga lengkungan, dimana lengkungan tengah menjadi yang paling besar, sehingga tinggi kanopi yang tertinggi stasiun mencapai 49,82 meter yang memberikan kesan luas di ruang tunggu penumpang. Saat pembukaan koridor Huangshan-Nanchang, sejumlah pertunjukkan juga ditampilkan di dalam kereta yang sedang melaju mulus, seperti tari liong, teater klasik Jiangxi, permainan musik erhu (alat musik gesek tradisional) maupun pertunjukan seni lainnya.

Meski diisi dengan berbagai pertunjukkan, perjalanan tetap berjalan mulus karena kereta jenis Fuxing menggunakan sistem suspensi ganda serta dilengkapi peredam, sehingga mampu meredam getaran dan suara di dalam kereta dengan lebih optimal.

Pertujukkan tersebut ditampilkan karena memang di sepanjang rute Huangshan-Nanchang, penumpang dapat mengunjungi lokasi-lokasi wisata. Contohnya adalah Paviliun Tengwang di Nanchang, "ibu kota porselen" Kota Jingdezhen, Gunung Huangshan, yang sudah diakui sebagai Situs Warisan Budaya dan Alam Dunia UNESCO, Cagar Alam Nasional Danau Poyang, Desa Xidi, dan Desa Hongcun yang pernah menjadi lokasi film "Crouching Tiger", "Hidden Dragon", hingga Danau Barat yang ikonik di Hangzhou.

Wakil Direktur Kantor Pembangunan Kereta Komisi Pembangunan dan Reformasi Provinsi Anhui Fu Jiajia mengatakan, dengan dibukanya ruas Nanchang-Huangshan dapat mendorong mobilisasi masyarakat di sepanjang rute, meningkatkan pembangunan industri pariwisata. Jalur baru juga diharapkan dapat menjadi gerbang bagi merek lokal mendapatkan akses pasar lebih luas lagi. 

Kendala transportasi memang menjadi hal yang dikeluhkan masyarakat maupun turis untuk mencapai kota-kota di Provinsi Jiangxi, maupun Anhui. "Beberapa tahun lalu jalur kereta cepat Huangshan-Nanchang belum ada, tentu menjadi kendala turis maupun akademisi dari luar negeri untuk berkunjung ke Jingdezhen terhambat. Beberapa kali saya ingin berkunjung ke Jingdezhen terkait penelitian, tapi terkendala transportasi darat yang hanya ada kereta dengan waktu belasan jam, padahal itu sekitar 2018-2019," kata Nur Hardiansyah, akrab dipanggil Dian, salah seorang WNI, dilansir ANTARA.

Dian yang berprofesi sebagai keramiku sekaligus peneliti tanah liat itu sempat berkuliah di Nanjing, jurusan desain keramik. Ia mengaku juga pernah mengajukan usulan ke KJRI Shangai agar dapat mengadakan kerja sama kota keramik Indonesia dan China.

"Yaitu antara kota Kasongan-Jingdezhen karena sama-sama memiliki kesamaan terkait historis, budaya, dan juga kota wisata gerabah-keramik-porselen. Di Jingdezhen juga ada kampus untuk belajar tentang porselen dan sejarah, seperti juga di Yogya," ucap Dian, yang saat ini tinggal dan memiliki studio keramik di Yogyakarta.

Namun untuk penjajakan dan survei kerja sama dua kota itu, Dian mengaku kesulitan karena transportasi darat yang sulit dan belum ada penerbangan langsung dari Nanjing ke Jingdezhen. "Jadi, dengan pembukaan jalur ini saya sangat tertarik untuk pergi. Tentu dengan menggunakan kereta cepat, kualitas toiletnya juga lebih higienis. Kualitas toilet ini yang menjadi salah satu kendala saya untuk berangkat ke sana. Bila sekarang sudah ada kereta cepat, perhitungan kasar saya hanya butuh 4 jam dari Nanjing ke Jingdezhen, sangat efisien," ujar Dian, yang mengambil magister bidang keramik di China, pada periode 2017-2021.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement