Selasa 02 Jan 2024 23:56 WIB

Tanggapi Rencana Migrasi Warga Keluar Gaza, Hamas: Itu Hanya Angan-angan Semua Zionis

Hamas tegaskan akan tetap mempertahankan Gaza

Pejuang Hamas, ilustrasi. Hamas tegaskan akan tetap mempertahankan Gaza
Pejuang Hamas, ilustrasi. Hamas tegaskan akan tetap mempertahankan Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA— Kelompok perjuangan Hamas Palestina pada Senin (1/1/2023) menyebut pernyataan sejumlah pemimpin Israel tentang pengusiran warga Palestina dari Gaza hanya "angan-angan yang tidak bisa diwujudkan". 

Mereka mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa rencana tersebut tidak akan pernah terwujud mengingat "ketabahan dan perlawanan berani rakyat Palestina." 

Baca Juga

Pernyataan Hamas itu untuk menanggapi komentar dari beberapa pejabat Israel garis keras, termasuk Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang menyerukan "evakuasi sukarela" warga Palestina dari Gaza dan mendesak berbagai negara untuk menerima warga Palestina dari Gaza. 

Pernyataan Hamas tersebut mendesak "masyarakat internasional dan PBB untuk mengaktifkan hukum internasional dalam menghadapi sikap fasis ini, yang tidak lain adalah kejahatan perang." 

Dubes Palestina untuk Inggris menyatakan kemarahannya atas laporan bahwa Israel bermaksud menggunakan mantan perdana menteri Inggris, Tony Blair, untuk membujuk negara-negara Barat agar mereka menerima pengungsi dari Jalur Gaza setelah perang.

"Media Israel melaporkan bahwa mantan PM Inggris Tony Blair mengunjungi Israel pekan lalu, bertemu dengan beberapa pejabat Israel termasuk (PM Israel Benjamin) Netanyahu dan mengambil peran membantu Israel melaksanakan pengusiran massal dan pembersihan etnis warga Palestina dari tanah air mereka berkedok 'migrasi sukarela,'" kata Dubes Palestina Husam Zomlot di platform X, dikutip pada Selasa (2/1/2024). 

"Kami menyerukan kepada Pemerintah Inggris untuk memastikan tidak ada tokoh Inggris yang akan mengambil bagian dalam kejahatan terhadap kemanusiaan yang sedang dilakukan Israel. Kami bersikeras, siapa pun yang melakukan hal tersebut harus menanggung konsekuensi hukum atas tindakan tidak bermoral dan kriminal terhadap rakyat Palestina," lanjutnya.

Channel 12 Israel mengatakan Blair melakukan kunjungan rahasia ke Israel pekan lalu, mengadakan pertemuan rahasia dengan Netanyahu dan anggota kabinet perang Benny Gantz untuk membahas masalah itu.

Namun, sumber yang dekat dengan Blair membantah laporan tersebut, dan mengatakan kepada The Jerusalem Post bahwa klaim Blair terkait pengungsian warga Palestina tidak berdasar. Sumber tersebut menekankan diskusi seperti itu tidak pernah terjadi dan Blair tidak akan pernah menerima usulan tersebut.

Pada 26 Desember, Kementerian Luar Negeri Palestina juga mengatakan bahwa pernyataan Israel tentang "evakuasi sukarela" warga Gaza memerlukan "posisi internasional untuk menghentikan kejahatan semacam itu." 

Baca juga: Suka Bangun Malam Hari Kemudian Ingin Tidur Lagi, Baca Doa Rasulullah SAW Ini

Pada pekan lalu, media Israel mengatakan bahwa PM Benjamin Netanyahu mendorong rencana untuk menerapkan "migrasi sukarela" warga Palestina di Gaza ke beberapa negara lain.

Israel menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas yang dilakukan kelompok Hamas Palestina pada 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 21.978 warga Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai 57.697 lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat.

Sekitar 1.200 warga Israel diyakini telah tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober, termasuk tentara.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement