Rabu 10 Jan 2024 14:38 WIB

Timbel Sebabkan Beragam Gangguan Kesehatan pada Anak, Ini Ciri-Cirinya

Pakar menyebut permasalahan utama timbal adalah tidak berbau dan tidak tercium

Makanan anak (ilustrasi). Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Ari Prayogo, SpA mengungkapkan pajanan timbel dapat menyebabkan beragam gangguan kesehatan pada manusia
Foto: www.pixabay.com
Makanan anak (ilustrasi). Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Ari Prayogo, SpA mengungkapkan pajanan timbel dapat menyebabkan beragam gangguan kesehatan pada manusia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Ari Prayogo, SpA mengungkapkan pajanan timbel dapat menyebabkan beragam gangguan kesehatan pada manusia, khususnya pada anak.

"Timbel dapat mengganggu kesehatan dalam jangka pendek, bisa melalui inhalasi atau ingesti, dihirup maupun dimakan," katanya dalam diskusi bertajuk Pencegahan Dampak Kesehatan Pajanan Timbel Lingkungan di Jakarta, Rabu (10/1/2024).

Dalam jangka pendek, kata Ari, timbel yang masuk ke dalam tubuh dapat masuk ke dalam sel darah merah dan mengganggu fungsi organ tubuh manusia. Pada anak-anak, penyerapan pajanan timbel bisa terjadi dua sampai tiga kali lipat lebih mudah dibandingkan pada orang dewasa.

Sedangkan dalam jangka panjang, kata dia, pajanan timbel yang terpapar dapat mengganggu fungsi sumsum tulang belakang dalam menghasilkan sel darah merah, yang dapat mengakibatkan anemia.

"Pada akhirnya, anaknya mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Anak dengan Kadar Timbel Darah (KTD) yang tinggi dengan disertai anemia dapat mengalami gangguan perkembangan sebesar empat kali lipat," ujar Dokter Spesialis Anak itu.

Pajanan timbal, kata Ari, dapat ditemukan pada benda-benda logam, namun tidak menutup kemungkinan pajanannya juga dapat ditemui di benda sehari-hari seperti alat masak.

Lebih lanjut, ia menyebutkan timbel tidak dapat dirasakan atau dicium. Selain itu, dampak yang ditimbulkan oleh pajanan timbal tidak dapat dirasakan langsung oleh manusia.

Diketahui, penelitian yang dilakukan oleh FKUI bersama Yayasan Pure Earth Indonesia terhadap 564 anak-anak di empat wilayah yang berpotensi tercemar timbel dan satu wilayah netral di Pulau Jawa pada 2023 membuktikan 28 persen anak memiliki KTD sebesar 5-<10 µg/dL, 35 persen dengan 10-<20 µg/dL, 22 persen dengan 20-<45 µg/dL, dan dua persen masing-masing dengan 45-65 µg/dL dan >65 µg/dL. 

Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan batas maksimal KTD pada anak sebesar 5 µg/dL. Pihak yang sama juga menetapkan angka KTD sebesar 45 µg/dL sebagai ambang batas rekomendasi terapi.

Oleh karena itu, ia mengimbau kepada masyarakat agar berhati-hati dalam menggunakan peralatan sehari-hari agar tidak terkena pajanan timbel. Salah satunya adalah dengan cara menjaga kebersihan dan mencuci tangan sebelum makan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement