REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan bahwa Allah SWT tidak akan mengecewakan orang yang berdoa dengan tulus dan benar sesuai petunjuk Allah SWT dan Rasul-Nya. Penjelasan tersebut disampaikan Prof KH Quraish dalam tafsir dari Surat An-Naml Ayat 62.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
اَمَّنْ يُّجِيْبُ الْمُضْطَرَّ اِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوْۤءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاۤءَ الْاَرْضِۗ ءَاِلٰهٌ مَّعَ اللّٰهِ ۗقَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَۗ
Am may yujībul-muḍṭarra iżā da‘āhu wa yaksyifus-sū'a wa yaj‘alukum khulafā'a fil-arḍ(i), a'ilāhum ma‘allāh(i), qalīlam mā tażakkarūn(a).
“Atau siapa Yang memperkenankan orang yang dalam keadaan terpaksa apabila ia berdoa kepada-Nya dan Yang menghilangkan kesusahan dan Yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan? Amat sedikit kamu mengingat (nikmat Allah).” (QS An-Naml Ayat 62)
Setelah menguraikan Kuasa dan pengaturan-Nya terhadap alam raya, kini Surat An-Naml Ayat 62 di atas beralih kepada pengaturan dan Kuasa-Nya atas manusia dan situasi yang dapat mereka hadapi. Ayat di atas menyatakan: Apakah berhala-berhala yang kamu sembah, lebih baik atau apakah siapa yakni apakah Dia yaitu Allah Yang Maha Kuasa memperkenankan doa orang yang berada dalam keadaan terpaksa yakni kesulitan yang mencekam yang tak dapat dia elakkan sehingga dia berdoa.
Allah menerima doanya apabila ia berdoa kepada-Nya dengan tulus, lagi sesuai dengan syarat-syaratnya, dan Yang juga Kuasa menghilangkan kesusahan yang menimpa siapapun dan Yang Kuasa menjadikan kamu wahai manusia khalifah-khalifah di bumi, sehingga kamu mampu memanfaatkannya dan hidup nyaman di permukaannya?
Dalam tafsirnya, Quraish Shihab menjelaska bahwa Thabathaba’i memahami ayat di atas dalam arti janji Allah untuk memperkenankan doa siapa yang berdoa. Menurutnya kata "terpaksa" sengaja digarisbawahi agar yang berdoa mewujudkan secara benar hakikat doa.
Lihat halaman berikutnya >>>