REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Angkatan Laut Iran pada Kamis (11/1/2024) mengonfirmasi telah menyita kapal minyak milik Amerika Serikat (AS) di Laut Oman. Dalam pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah, angkatan laut mengatakan kapal AS tersebut disita "berdasarkan perintah pengadilan."
AL Iran mengatakan tanker minyak itu mencuri minyak Iran tahun lalu "di bawah arahan AS" dan memasok minyak tersebut ke Washington. Menurut pernyataan itu, kapal tangki tersebut berlayar di Laut Oman ketika disita melalui perintah pengadilan "sebagai balasan atas pencurian minyak Iran oleh AS."
Pernyataan itu juga menyebutkan, tanker yang disita telah dipindahkan ke pelabuhan Iran dan diserahkan kepada lembaga kehakiman untuk dilakukan tindakan hukum. Perincian insiden tersebut masih belum jelas. Angkatan Laut Iran diperkirakan akan merilis pernyataan terperinci setelahnya.
Sementara itu, laporan media yang mengutip perusahaan keamanan maritim Inggris Ambrey mengatakan tanker berbendera Kepulauan Marshall itu "ditumpangi oleh orang-orang bersenjata di lepas pantai Oman" ketika berlayar dekat Kota Sohar di Oman.
Sistem pelacakan AIS pada kapal tangki itu dilaporkan dimatikan saat berlayar menuju pelabuhan Bandar-e-Jask, Iran. Menurut laporan media, kapal yang disita oleh Angkatan Laut Iran itu memuat 145.000 metrik ton minyak di pelabuhan Basra, Irak.
Tanker yang dinamai St Nikolas itu terlibat dalam perselisihan antara Teheran dan Washington tahun lalu setelah kapal tersebut disita oleh AS pada April dalam tindakan penegakan sanksi saat kapal tersebut berlayar dengan nama Suez Rajan. St Nikolas dipandu menuju pelabuhan Texas, tempat kapal tersebut berlabuh selama empat bulan sebelum Angkatan Laut AS menurunkan 800 ribu barel minyak senilai sekitar 56 juta dolar AS, atau sekitar Rp 871,4 miliar dan mengabaikan peringatan Iran.
Washington pada saat itu menuduh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mencoba mengirim minyak Iran selundupan ke Cina, yang merupakan pelanggaran sanksi. Sebelum minyak diturunkan di lepas pantai Texas, para pejabat militer Iran memperingatkan akan adanya konsekuensi yang berat.
Komandan Angkatan Laut IRGC Alireza Tanjsiri pada saat itu mengatakan “era tabrak lari” sudah berakhir. “Dengan ini kami menyatakan bahwa kami meminta pertanggungjawaban perusahaan minyak mana pun yang berusaha menurunkan minyak mentah kami dari kapal itu, dan kami juga meminta pertanggungjawaban Amerika,” katanya saat itu.