REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Polisi Belanda pada Sabtu (13/1/2024), terlibat perkelahian dengan demonstran yang mencoba menghentikan serangan terhadap kitab suci Alquran. Aksi serangan terhadap kitab suci umat muslim ini hampir saja dilakukan oleh Edwin Wagensveld, pemimpin gerakan Patriotic Europeans Against the Islamization of the West (Pegida).
Dilansir dari Daily Sabah, Ahad (14/1/2024), polisi mengatakan sebuah kelompok berdemonstrasi menentang pembakaran Alquran oleh kelompok anti-Islam Pegida. Pegida memperoleh izin dari kotamadya di Arnhem. Kelompok yang menentang berusaha mencegahnya yang menyebabkan penghentian demonstrasi.
Tiga orang ditangkap karena ketidakpatuhan dan tiga petugas mengalami luka ringan. Diketahui bahwa pemimpin Pegida ditempatkan di bawah perlindungan polisi.
Wali Kota Arnhem Ahmed Marcouch asal Maroko mengatakan, membakar kitab suci tidak dilarang di Belanda. Marcouch mencatat, bahwa sementara tindakan seperti itu mungkin dapat dimengerti dalam mempengaruhi orang, menggunakan kekerasan tidak dapat diterima. Di Belanda, wali kota memiliki wewenang melarang demonstrasi jika mereka mengantisipasi gangguan ketertiban umum.
Seorang anggota dewan Belanda-Turki dari Partai Denk di Arnhem, Yıldırım Usta, menyayangkan langkah Marcouch karena mengizinkan Pegida melakukan kerusakan terhadap Alquran. Menurutnya, apa yang dilakukan Pegida terhadap kitab suci umat Muslim adalah kejahatan kebencian dengan kedok kebebasan berbicara.
Dia juga menyampaikan ketidakpuasannya...