Rabu 17 Jan 2024 22:20 WIB

BKKBN Ungkap Penanganan Stunting Butuh Perubahan Besar dalam Perilaku Masyarakat

Selain pemerintah, sektor swasta juga ikut terlibat dalam menekan kasus stunting.

Bincang edukasi yang diselenggarakan oleh Klub Edukasi Cempaka, Universitas Yarsi, dan Indofood secara hibrida di Kampus Yarsi, Jakarta, Rabu (17/1/2024).
Foto: Ronggo Astungkoro/Republika
Bincang edukasi yang diselenggarakan oleh Klub Edukasi Cempaka, Universitas Yarsi, dan Indofood secara hibrida di Kampus Yarsi, Jakarta, Rabu (17/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sukses atau gagalnya pemerintah mencapai target angka prevalensi stunting di angka 14 persen akan ditentukan tahun ini. Percepatan penurunan kasus disebut masih terlalu landai untuk dapat mencapai target tersebut. Sebab itu, diperlukan suatu perubahan perilaku masyarakat yang memicu stunting.

"Percepatan penurunan terlalu landai," ujar Penyuluh Ahli Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Siti Fathonah dalam bincang edukasi yang diselenggarakan oleh Klub Edukasi Cempaka, Universitas Yarsi, dan Indofood secara hibrida di Kampus Yarsi, Jakarta, Rabu (17/1/2024).

Siti menjelaskan, upaya peningkatan gizi pada anak-anak stunting menjadi arahan Presiden melalui Perpres 72 tahun 2021 untuk seluruh pemerintah daerah. Dia menilai, untuk mencapai target yang ditentukan ada kontribusi dari perilaku masyarakat yang selama ini memicu terjadinya stunting. Hal itulah yang perlu diubah.

Penanganan stunting di Indonesia memang tidak bisa dilakukan sendirian, melainkan harus bergotong royong agar hasilnya maksimal. Selain pemerintah, sektor swasta juga ikut terlibat dalam menekan kasus stunting. Head Corporate Communication Division PT Indofood Sukses Makmur Tbk Stefanus Indrayana, menjelaskan, Indonesia adalah salah satu negara yang ikut serta mengatasi mal nutrisi di dunia.

"Keterlibatan Indonesia di kancah internasional bersama negara-negara lain bergotong royong mengatasi mal nutrisi sejak 2012," terang Indrayana.

Dia mengatakan, pihaknya juga melakukan upaya-upaya mengatasi malnutrisi baik kelebihan nutrisi, kekurangan nutrisi, dan kekurangan nutrisi mikro. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan meningkatkan konsumsi makanan bergizi agar kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Ia mencontohkan, produk-produk pangan seperti terigu, minyak goreng dan mie telah dilakukan fortifikasi nutrien agar masyarakat mengonsumsi terpenuhi kebutuhan nutrisi.

Fortifikasi tepung terigu yang telah ditambahkan dengan berbagai mineral dan vitamin tertentu yang dibutuhkan bagi kesehatan manusia. Salah satunya dengan ditambahkannya zat besi pada terigu. Kemudian penambahan vitamin A pada minyak goreng dan sebagainya.

"Tidak hanya pangan, tetapi juga pengadaan sanitasi dan kebersihan yang menjadi bagian upaya penurunan stunting," jelas dia.

Hal lain yang dilakukan adalah melatih masyarakat mengolah makanan sehat dan memiliki kandungan gizi seimbang dan nantinya mereka akan mempraktikkan ke keluarga masing-masing. Membuka layanan gizi masyarakat melalui posyandu dan telah ada 228 posyandu binaan dan lima klinik kesehatan yang sifatnya mobile di lima area di wilayah pabrik Indofood.

"Dan sesuai arahan pemerintah, kami juga fokus pada intervensi gizi pada ibu hamil, remaja putri, dan 1000 hari pertama kehidupan anak," jelas dia.

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Endang L Achadi menambahkan, stunting bukan harus diobati tetapi dicari cara mengatasinya dan mencegahnya. Ibu hamil yang mendambakan bayinya tidak mengalami stunting di kemudian hari dapat melakukannya dengan sejumlah cara.

"Ibu hamil harus tercukupi gizinya, tidak anemia, tidak berada di lingkungan perokok, tidak kurus atau gemuk dan penambahan berat badan selama kehamilan adekuat," terang dia.

Rektor Yarsi Fasli Jalal menanggapi hal itu mengatakan bahwa sebetulnya sejak era Presiden SBY sudah ada delapan langkah penanganan stunting dan sudah dilaksanakan di setiap daerah. Namun entah kenapa kasus stunting belum juga turun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement