Kamis 18 Jan 2024 12:09 WIB

Anak TK Jadi Pelaku Kekerasan Seksual, KPAI: Perlu Perbaikan Sistem Pengasuhan Anak

Anak TK di Pekanbaru menjadi pelaku kekerasan seksual terhadap teman sebaya.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra, menyebut peristiwa kekerasan seksual adalah fenomena puncak dari kurangnya perhatian terhadap pengasuhan yang layak.
Foto: Dok Republika.co.id
Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra, menyebut peristiwa kekerasan seksual adalah fenomena puncak dari kurangnya perhatian terhadap pengasuhan yang layak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra, menyebut bahwa anak-anak, bahkan usia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), rentan terpapar pornografi. Hal itu disampaikannya untuk merespons kasus kekerasan seksual oleh anak laki-laki usia taman kanak-kanak (TK) terhadap sesamanya di Pekanbaru, Riau.

Jasra pun menyoroti perlunya pendidikan figur bagi anak-anak usia dini. Sebab, mereka cenderung meniru perilaku orang di sekitarnya.

Baca Juga

Kasus kekerasan seksual oleh anak usia lima tahun tersebut, menurut Jasra, dapat menjadi momen koreksi bersama sekaligus menekankan perlunya evaluasi pengajaran untuk menjawab kebutuhan esensial anak. Kelayakan pengasuhan sebagai pencegahan utama sebelum terjadinya peristiwa kekerasan seksual juga perlu disorot.

Berkaca dari kasus di Pekanbaru, Jasra mengingatkan akan pentingnya pengesahan RUU Pengasuhan Anak. Ia menyebut sangat penting untuk memastikan anak mendapatkan pengasuhan yang layak dari berbagai unsur, termasuk keluarga, keluarga besar, keluarga derajat ketiga, keluarga pengganti, dan lembaga asuh.

Anak-anak, menurut Jasra, sejak dini harus diselamatkan dari situasi pengasuhan tidak layak. Dia menyebut bahwa peristiwa kekerasan seksual adalah fenomena puncak dari kurangnya perhatian terhadap pengasuhan yang layak. Dengan itu, dia mengajak semua pihak untuk bekerja sama dalam mendorong perbaikan sistem pendidikan dan pengasuhan anak di Indonesia.

"Anak bisa mencontoh memperlakukan orientasi seksualnya dengan sejenis, artinya tidak mungkin bila anak tidak melihat perilaku yang sama, ini yang perlu didalami agar situasi di sekitar anak berubah," ujar Jasra kepada Republika.co.id, Kamis (18/1/2024).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement