Sabtu 20 Jan 2024 14:35 WIB

Tok! Muhammadiyah Tetapkan Awal Ramadhan pada Senin 11 Maret 2024

Keputusan ini dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolandha
Logo Muhammadiyah di peci seorang jamaah. Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriyah pada 11 Maret 2024.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Logo Muhammadiyah di peci seorang jamaah. Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriyah pada 11 Maret 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PP Muhammdiyah menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriyah jatuh pada Senin Pahing, 11 Maret 2024. Keputusan ini dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

“PP Muhammadiyah telah memutuskan berdasarkan hisab hakiki wujudil hilal yang disepakati Majelis Tarjih dan Tajdid, bahwa awal Ramadhan tahun ini jatuh pada Senin 11 Maret 2024, Idul Fitri pada Rabu 10 April 2024, dan Idul Adha pada Senin 17 Juni 2024,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam live streaming penetapan awal Ramadhan PP Muhammadiyah, Sabtu (20/1/2024).

Baca Juga

Sehingga dia menyebutkan, keputusan itu dapat diikuti bagi kaum Muslimin khususnya warga Muhammadiyah dan saudara-saudara atau umat Islam yang mengikuti metode hisab wujudil hilal. Dengan keputusan tersebut, umat Muslim bisa memulai ibadah-ibadah Ramadhan dengan mengikuti maklumat yang Muhammadiyah umumkan.

Haedar juga menyampaikan alasan mengapa penetapan awal Ramadhan 2024 diumumkan sekarang. Dia menyebut, Muhammadiyah tidak bermaksud mendahului siapapun dalam hal memberikan maklumat penetapan awal Ramadhan. Sehingga maklumat yang diumumkan ini dinilai merupakan hal yang lumrah terjadi setiap tahun sebagaimana juga berbagai organisasi juga melakukannya.

“Jadi maklumat Muhammadiyah ini adalah normal terjadi karena kami menggunakan metode hisab dengan metode khusus hisab wujudil hilal,” kata Haedar.

Haedar menekankan bahwa penegasan mengenai mengapa maklumat disampaikan pada saat ini guna menghindari perdebatan dan juga polemi. Sebab, kata dia, Muhammadiyah tidak memiliki maksud untuk mendahului atau meninggalkan kalangan-kalangan tertentu dalam penetapan awal Ramadhan.

Meski demikian dia mengatakan bahwa boleh jadi nantinya terdapat perbedaan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha di kelompok-kelompok kecil di Tanah Air, namun itu semua diharapkan dapat dijadikan oleh kaum Muslimin sebagai ajang toleransi. Sehingga umat Islam telah terbiasa hidup dengan toleransi (tasamuh) dan tanawu (menjalani perbedaan cara dalam menjalankan ibadah) termasuk dalam memulai perbedaan awal Ramadhan dan Syawal.

“Sehingga pesan ini justru memperkuat niat kita dalam beribadah. Selama ada perbedaan metode, akan selalu terjadi perbedaan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Itu sah-sah saja,” kata Haedar.

Di sisi lain dia menekankan bahwa apabila ada kesamaan ataupun perbedaan dalam penetapan Ramadhan, hal yang tidak kalah pentingnya bagi umat Islam adalah memaknai pusa Ramadhan, Idul Fitri, maupun Idul Adha itu sendiri. Yakni untuk melahirkan penghayatan keislaman yang lebih baik.

“Kalau berbeda tidak perlu ribut apalagi saling menghujat atau menyalahkan yang mana itu akan mengurangi nilai ibadahnya. Kita jalani saja, jalani ibadah kita untuk memperkaya relasi sosial kita, bersatu dalam keragaman dan tidak kalah pentingnya bisa membawa umat kita untuk berkemajuan,” ujar Haedar.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement