Senin 29 Jan 2024 15:36 WIB

Studi: Perubahan Iklim Sebabkan Kekeringan Ekstrem di Amazon   

Kekeringan ekstrem ini berdampak pada jutaan orang di lembah Amazon.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Friska Yolandha
Warga berjalan di danau Puraquequara yang mengering untuk mencari air di tengah kekeringan parah, di Manaus, negara bagian Amazonas, Brazil, Kamis, (5/10/2023).
Foto: AP Photo/Edmar Barros
Warga berjalan di danau Puraquequara yang mengering untuk mencari air di tengah kekeringan parah, di Manaus, negara bagian Amazonas, Brazil, Kamis, (5/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan iklim merupakan penyebab utama kekeringan dahsyat yang melanda Amazon tahun lalu, demikian menurut studi dari para ilmuwan di kelompok World Weather Attribution (WWA). Kekeringan pertanian yang bersejarah ini berdampak pada jutaan orang di seluruh lembah Amazon, memicu kebakaran hutan yang sangat besar, menyusutkan saluran air utama, dan berdampak buruk bagi satwa liar.

Beberapa ahli berpendapat bahwa datangnya fenomena cuaca El Nino yang terjadi secara alamiah merupakan penyebab dari kondisi tinderbox tersebut. Namun studi terbaru dari para ilmuwan WWA, menemukan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh polusi karbon yang memanaskan bumi adalah penyebab utamanya. 

Baca Juga

Menurut peneliti, hal tersebut telah membuat kekeringan 30 kali lebih mungkin terjadi dari bulan Juni hingga November 2023. Peneliti juga memperingatkan bahwa situasi ini akan semakin memburuk seiring dengan memanasnya iklim, mendorong Amazon menuju titik kritis iklim.

Para ilmuwan khawatir bahwa perubahan iklim dan deforestasi yang terjadi secara bersamaan dapat mengintensifkan kekeringan dan pemanasan di Amazon. Selain itu juga dapat memicu percepatan transisi dari hutan tropis menjadi sabana dan mengurangi kapasitasnya untuk menyimpan karbon.