REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran membantah keterlibatan dalam pembunuhan tiga tentara Amerika Serikat (AS) di wilayah perbatasan antara Suriah dan Yordania, Ahad (28/1/2024). Iran mengatakan, pihaknya tidak ikut campur dalam tindakan kelompok perlawanan di kawasan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan Senin (29/1/2024), juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengatakan kelompok perlawanan di kawasan Asia Barat tidak menerima perintah dari Teheran atas tindakan mereka. "Iran tidak ikut campur dalam pengambilan keputusan kelompok-kelompok ini mengenai bagaimana mendukung bangsa Palestina atau membela diri dan negara mereka dari agresi dan pendudukan,” kata Kanaani.
Tiga tentara AS tewas dan 30 orang lainnya terluka dalam serangan pesawat tak berawak pada Ahad (28/1/2024) malam yang menargetkan pos kecil militer AS di Yordania, kata para pejabat AS. Serangan itu merupakan pertama kalinya sejak 7 Oktober 2023 yang menyebabkan tewasnya tentara AS oleh kelompok Irak, hingga memicu reaksi keras dari para pejabat tinggi Amerika Serikat, termasuk Presiden Joe Biden.
Biden berjanji meminta pertanggungjawaban kepada mereka yang terlibat dalam serangan itu. Dia mengeklaim serangan itu dilakukan kelompok militan radikal yang didukung Iran, yang beroperasi di Suriah dan Irak.
Namun, Iran segera membantah terlibat dalam serangan itu. Kantor berita milik pemerintah Iran, IRNA, mengutip misi permanen negara tersebut untuk PBB mengatakan bahwa Iran tidak terlibat dalam serangan tersebut.
Sebelumnya, Kelompok Perlawanan Islam di Irak mengaku bertanggung jawab atas sejumlah serangan terhadap sasaran di sepanjang perbatasan Yordania-Suriah. Termasuk di Kamp Al-Rukban, yang dekat dengan pos militer AS Tower 22.
Kanaani, yang menolak klaim AS, mengatakan Iran memantau perkembangan di kawasan dengan kesiapan dan kewaspadaan serta memperingatkan tanggung jawab atas konsekuensi dari “tuduhan provokatif” terletak pada mereka yang membuat “klaim tidak berdasar.
Menurut dia, Iran telah berulang kali memperingatkan tentang bahaya memperluas cakupan konflik di wilayah tersebut, di tengah berlanjutnya serangan Israel di Gaza, serta dukungan AS terhadap genosida warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat. “Perang di Gaza bukanlah solusi dan mengakhiri serangan rezim Zionis di Gaza dan gencatan senjata segera dapat menjadi dasar kembalinya perdamaian di wilayah tersebut,” ujar Kanaani.