REPUBLIKA.CO.ID, DEIR EZ ZOR -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) mulai melancarkan gelombang serangan udara terhadap Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC)-Pasukan Quds dan milisi yang didukung Iran di Irak dan Suriah sebagai balasan atas serangan drone bunuh diri yang menewaskan tiga tentara AS di Yordania.
Menurut Komando Pusat (CENTCOM) dalam sebuah pernyataan, serangan tersebut dilakukan dengan sejumlah pesawat. Termasuk pembom jarak jauh yang diluncurkan dari AS. Secara keseluruhan, lebih dari 85 target ditembakkan dengan lebih dari 125 amunisi presisi.
"Fasilitas yang menjadi sasaran meliputi pusat komando dan kendali serta pusat intelijen, tempat penyimpanan roket, rudal dan drone, “fasilitas rantai pasokan logistik dan amunisi kelompok milisi dan sponsor IRGC yang memfasilitasi serangan terhadap pasukan AS dan Koalisi,” menurut keterangan CENTCOM.
Pasukan IRGC-Quds adalah divisi operasi eksternal korps. Menurut Presiden AS Joe Biden, serangan itu hanyalah awal dari respons AS. “Serangan akan berlanjut pada waktu dan tempat yang kita pilih,” kata Biden dalam sebuah pernyataan.
“Amerika Serikat tidak menginginkan konflik di Timur Tengah atau di mana pun di dunia. Namun biarlah semua orang yang ingin menyakiti kami mengetahui hal ini. Jika Anda menyakiti orang Amerika, kami akan membalasnya.”
Serangan drone menewaskan tiga tentara AS dan melukai sedikitnya 34 lainnya pada Ahad (28/1/2024) di Tower 22, sebuah instalasi militer terpencil di Yordania dekat perbatasan Suriah dan Irak. AS secara resmi menyalahkan kelompok milisi yang didukung Iran yang disebut Perlawanan Islam di Irak. Kelompok itu juga mengaku bertanggung jawab.
Milisi yang didukung Iran telah melakukan serangan drone dan rudal terhadap posisi pasukan AS di Yordania selama berbulan-bulan di tengah perang yang sedang berlangsung antara Israel melawan Hamas di Jalur Gaza.
Korban jiwa pada Ahad tersebut adalah yang pertama akibat serangan tersebut dan sebagian besar serangan lainnya berhasil dicegat atau mengakibatkan cedera ringan pada pasukan AS. Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Selasa (30/1/2024), bahwa dia telah memutuskan bagaimana cara menanggapi serangan pesawat tak berawak pada Ahad itu, tetapi tidak memberikan rincian.
Meskipun menekankan bahwa ia tidak bermaksud menciptakan "perang yang lebih luas di Timur Tengah", Biden mengatakan bahwa ia menganggap Iran bertanggung jawab "dalam arti bahwa mereka memasok senjata kepada orang-orang yang melakukan serangan tersebut."
Iran berjanji pada Rabu (31/1/2024), dengan tegas menyatakan bahwa mereka akan menanggapi setiap serangan yang menargetkan wilayah atau kepentingannya. Sementara itu kantor berita resmi Iran, IRNA melaporkan bahwa misi tetap Iran untuk PBB memperingatkan bahwa Teheran akan menanggapi dengan tegas setiap serangan terhadap wilayah, kepentingan, atau warga negara di luar perbatasan mereka.