Selasa 30 Jan 2024 19:14 WIB

Konsumen Indonesia Dinilai akan Cari Platform Belanja Berbasis Konten

Konten video jadi sumber informasi konsumen tentang suatu produk.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Fuji Pratiwi
Diskusi media dalam acara Shoppertainment 2024 The Future of Consumer & Commerce here in APAC di Greyhound Cafe Menteng, Jakarta, Selasa (30/1/2024).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Diskusi media dalam acara Shoppertainment 2024 The Future of Consumer & Commerce here in APAC di Greyhound Cafe Menteng, Jakarta, Selasa (30/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan laporan terbaru TikTok, 93 persen konsumen di Indonesia mencari platform belanja yang berbasis konten dalam 1-2 tahun ke depan. Hal ini membuat konsumen bisa menemukan, mempertimbangkan, dan membeli produk di satu platform.

Head of Business Marketing, TikTok Indonesia Sitaresti Astarini dalam Media Luncheon "Shoppertainment 2024: The Future of Consumer & Commerce here in APAC" di Menteng, Jakarta, Selasa (30/1/2024), menyampaikan, konten video di platform seperti TikTok pun menjadi cara bagi konsumen ini untuk mencari produk secara rutin. Di mana 2,5 kali lebih banyak orang yang memanfaatkan platform video, dibandingkan menemukan produk lewat mesin pencarian tradisional. 

Baca Juga

Sejalan dengan temuan ini, sebanyak 77 persen konsumen di Indonesia juga secara rutin mencari produk di platform sosial dan hiburan online. "Tidak hanya konten video, konsumen Indonesia juga 1,4 kali lebih mungkin untuk berpartisipasi di live shopping baik di TV ataupun online, dibandingkan konsumen lainnya di Asia Pasifik," ujar Resti.

Potensi konten video sebagai sumber informasi konsumen tentang suatu produk ini pun dimanfaatkan brand sampo Kelaya dalam menggarap konten-kontennya di platform seperti TikTok. Brand UMKM asal Surabaya ini mengutamakan konten yang edukatif, namun tetap menghibur, dengan mengedepankan penjelasan mengenai manfaat dan kandungan produknya. 

"Konsumen Kelaya sangat menyukai konten-konten video yang informatif. Hal ini membuat kami menjadi lebih gencar untuk memberikan edukasi perawatan rambut dengan berkolaborasi langsung bersama dokter sebagai ahli di bidangnya," ujar Founder & CEO Kelaya Ardian Faisal Akbar.

Selain itu, brannya juga terus memberikan informasi seputar kualitas dan kandungan produk sehingga dapat membangun kepercayaan dan loyalitas konsumen terhadap keaslian dan keterjaminan produknya.

Sementara, brand UMKM fashion dari Tangerang Heylook juga mengoptimalkan laju bisnisnya dengan membentuk komunitas di TikTok melalui konten kreatif yang menampilkan produk-produk mereka yang penuh gaya. Sebab, laporan TikTok juga sebanyak 45 persen konsumen di Indonesia ternyata dipengaruhi oleh komunitas konten (content community). 

Mereka cenderung merayakan dan membagikan brand maupun produk yang mereka sukai atau mereka lihat, mewujudkan semangat "gotong royong" khas Indonesia untuk membantu satu sama lain. Selain itu, 81 persen konsumen Indonesia membuat konten interaktif dengan mengikuti tren dari para kreator, serta mendorong pengguna lainnya agar berkontribusi di kolom komentar, like, dan lainnya. Hal ini juga terlihat dari para pengguna di TikTok yang ingin saling terhubung, berinteraksi, dan mempengaruhi keputusan pemilihan brand atau produk.

"Perilaku tren konsumen di Indonesia yang sangat kuat dalam komunitas konten, menjadi peluang emas bagi kami untuk mengoptimalkan bisnis di TikTok. Ke depannya, kami melihat bagaimana sesama kreator bisa saling mempengaruhi, karena itulah kami ingin berkolaborasi dengan kreator, bukan hanya untuk mengulas, tapi juga menciptakan produk bersama," kata Owner HEYLOOK Hikma Sukmawati.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement