JOSSIGNY – Petani Prancis melakukan unjuk rasa menuntut peningkatan kesejahteraan. Mereka memblokir sebagian akses ke Bandara Toulouse yang terlekat di barat daya Prancis. Mereka juga memarkirkan traktor di jalan-jalan bebas hambatan dekat ibu kota Paris, Selasa (30/1/2024).
Mereka mendesak pemerintah membantu meningkatkan taraf hidup, menentang impor produk pertanian yang lebih murah dibandingkan produk dalam negeri. Mereka menunggu kebijakan Perdana Menteri Gabriel Attal dan menteri pertanian.
‘’Apa pun yang terjadi kami memutuskan berjuang hingga akhir,’’ ujar seorang petani Jean-Baptiste Bongard di tengah kerumunan petani lainnya di jalan bebas hambatan Jossigny dekat Paris. Mereka memblokir jalan dengan traktor pada Selasa pagi buta.
‘’Jika aksi ini berakhir hingga sebulan, kami akan menjalaninya,’’ kata Bongard yang mengambil alih usaha pertanian keluarganya pada Juli tahun lalu dan menyadari usahanya sulit bersaing dengan produsen asing yang tak menjalankan regulasi yang sama dengannya.
Plakat besar bertuliskan, ’’Let's save agriculture’’ dipasang di salah satu kendaraan yang mereka gunakan. Di Longvilliers, juga dekat Paris, dua jalan bebas hambatan diblokir menggunakan traktor. Akibatnya, lalu lintas dialihkan, antrean kendaraan memanjang.
Para petani di Prancis, produsen pertanian terbesar Uni Eropa, menyatakan selama ini upahnya rendah dan dibebani berbagai regulasi terkait perlindungan lingkungan. Aksi massa oleh petani berlangsung lebih dari sepekan dan kian intens pada Senin (29/1/2024).
Mereka berharap unjuk rasa yang mereka lakukan dan petani di negara Eropa lainnya lakukan menjadi perhatian dalam pertemuan Uni Eropa pada Kamis ini. Pembicaraan hari itu beragendakan soal bantuan ke Ukraina dan bujet Uni Eropa.
Langkah serupa dilakukan petani Jerman dan Polandia. Di Belgia, petani marah dengan kebijakan lingkungan Uni Eropa dan barang impor yang murah. Mereka berencana memblokir pelabuhan kontainer Zeerbrugge mulai Selasa.
Pemerintah Prancis khawatir melihat aksi demonstrasi mengalami eskalasi dan mempertimbangkan soal pemilu Eropa, memutuskan membatalkan rencana secara berangsur mengurangi subsidi disel untuk pertanian dan mengendurkan aturan mengenai lingkungan.
Prancis juga berencana mendorong negara Eropa lainnya mengendurkan regulasi mengenai lingkungan ini. Presiden Emmanuel Macron berencana membicarakan isu ini dengan para pemimpin dan pejabat Uni Eropa saat pertemuan di Brussels, Belgia, pada Kamis ini.
Perdana Menteri Gabriel Attal yang akan menyampaikan rencana kebijakannya di depan parlemen, akan mengungkapkan soal krisis petani juga. Namun, sejumlah pejabat menyatakan langkah konkret akan disampaikan Menteri Pertanian Marc Fesneau.
Franck Laborde, ketua asosiasi produsen jagung, AGPM menyatakan semakin banyaknya aturan soal lingkungan perlu dihentikan. Salah satu poinnya, impor unggas murah dari Ukraina padahal petani unggas di Prancis dibebani banyak aturan yang membuat harga jual mahal.
‘’Kami membuka pintu lebar-lebar di Eropa untuk produk Ukraina agar mereka bisa membiayai perang. Ini tak bisa diterima. Pertanian kami dikorbankan di altar perang,’’ kata Laborde. (reuters/han)