REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pegadaian mencatat kinerja positif dalam kurun waktu lima tahun terakhir dengan pertumbuhan asetnya naik dari Rp 52,8 triliun pada 2018 menjadi Rp 82,6 triliun pada 2023.
"Pada 2018 aset Pegadaian Rp 52,8 triliun naik menjadi Rp 82,6 triliun di 2023," kata Direktur Utama Pegadaian Damar Latri Setiawan saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (6/2/2024).
Dia merinci pada 2018 aset tercatat Rp 52,8 triliun, meningkat di 2019 menjadi Rp 65,3 triliun. Kondisi tersebut kembali tumbuh pada 2020 menjadi Rp 71,5 triliun.
Meski begitu, pada 2021, aset Pegadaian sempat turun menjadi Rp 65,8 triliun. Namun, pada 2022 kembali naik sebesar 11,5 persen secara year on year (yoy) atau menjadi Rp 73,3 triliun. Peningkatan tersebut kembali terjadi, sehingga aset Pegadaian hingga 2023 tercatat sebesar Rp 82,6 triliun.
"Kami tumbuh di atas rata-rata, baik asetnya 12,6 persen yoy atau Rp82,6 triliun di 2023. Aset ini meningkat bila dibandingkan 2022 tercatat Rp73,3 triliun atau 11,5 persen yoy," kata dia.
Sementara itu, dari sisi omzet, Pegadaian juga mencatat mengalami pertumbuhan dalam waktu yang sama selama lima tahun terakhir. Pada 2018 omzet Pegadaian tercatat Rp131,4 triliun, naik menjadi Rp 145,6 triliun pada 2019.
Lalu, pada 2020 omzet Pegadaian kembali mengalami pertumbuhan menjadi Rp 165,1 triliun. Pada 2021 omzet Pegadaian sempat turun 0,8 persen yoy atau menjadi Rp 163,7 triliun. Namun pada 2022 kembali merangkak naik menjadi Rp 179,8 triliun.
"Di 2023, omzet Pegadaian kembali naik menjadi Rp 205,2 triliun. Kami tumbuh 14,2 persen yoy," jelas Damar.
Damar juga menyebut dari sisi nasabah, juga mengalami peningkatan dari 2021 tercatat 19,7 juta, naik menjadi 21,9 juta di 2022 dan kembali meningkat menjadi 24 juta di 2023.
"Kemudian, outstanding loan 14,4 persen yoy atau Rp 67,6 triliun. Data ini meningkat bila dibandingkan 2022 sebesar Rp 69,1 triliun atau 12,6 persen yoy," ucapnya.
Lebih lanjut, Damar mengatakan laba Pegadaian pada 2018 tercatat Rp2,78 triliun, meningkat menjadi Rp3,11 triliun di 2019. Pada 2020, sempat turun menjadi Rp2,02 triliun.
"Tetapi, di 2021 laba Pegadaian kembali naik menjadi Rp2,43 triliun. Selanjutnya di 2022 naik 36 persen yoy atau menjadi Rp3,3 triliun. Dan, di 2023 ini laba Pegadaian juga naik menjadi Rp4,38 triliun," jelas Damar.
Tidak hanya itu, lanjut Damar, kualitas pembiayaan Pegadaian pun dinilai semakin sehat dengan adanya penurunan NPL yang signifikan dari sebelumnya 1,2 persen di 2022 menjadi 0,85 persen di 2023.
Damar mengatakan melalui pencapaian tersebut, Pegadaian berhasil meningkatkan return on asset (ROA) sebesar 5,6 persen dan return on equity (ROE) sebesar 14,33 persen serta Pegadaian mengalami rasio beban operasional pendapatan operasional (BOPO) terendah dalam beberapa tahun belakang, yaitu sebesar 66,10 persen pada 2023.
"Di tahun 2024, kami di-challenge lagi untuk bisa turun lagi bisa menjadi 63 persen untuk BOPO-nya," kata Damar.
Dia juga menyebutkan bahwa Pegadaian mempunyai ragam produk investasi emas yang dapat dimiliki dengan berbagai cara yang bisa lewat Cicil Emas, Arisan Emas, beli perhiasan melalui Galeri 24, atau menabung emas dengan produk Tabungan Emas yang bisa diakses langsung melalui aplikasi Pegadaian Digital.
Selain itu, masyarakat juga dapat menikmati Program Gadai Express yakni layanan yang diluncurkan Pegadaian untuk menjemput dan antar barang jaminan gadai dari rumah menuju outlet Pegadaian.
Kemudian, Gadai dari Rumah, yang mana penaksir dapat langsung mengunjungi nasabah dan menaksir barang jaminan di tempat. Melalui dua layanan ini, nasabah dapat melakukan transaksi tanpa harus ke outlet Pegadaian.
Pegadaian juga memiliki program nongadai berupa KUR Syariah yakni penyaluran KUR dengan skema syariah; Amanah EV yakni kemudahan kredit kendaraan motor listrik; Arrum Safar dan Haji Plus yakni kredit peruntukan haji dan wisata.
"Banyak hal produk-produk kami yang ada saat ini. Mulai tabungan emas, cicil emas, motor bahkan untuk mau naik haji ataupun umroh bisa lewat Pegadaian," kata Damar.