REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Miqdad bin ‘Amr adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad saw yang menolak saat ditunjuk menjadi seorang pemimpin, kendatipun saat itu, Rasulullah yang langsung menunjuk Miqdad. Miqdad adalah sahabat yang tidak haus akan jabatan sehingga kecintaannya pada Islam dan Rasulullah saw tidak perlu diragukan lagi.
Miqdad bin 'Amr termasuk dalam rombongan orang-orang yang pertama memeluk Islam. Bila dihitung, dia orang ketujuh yang menyatakan keislaman secara terbuka dan terus terang. Akibatnya, dia harus menanggung penderitaan dari kekejaman Kaum Quraisy.
Miqdad merupakan sahabat Nabi saw, yang memiliki semangat juang tinggi dalam perang di jalan Allah. Sebelum perang badar, tatkala Rasulullah saw meminta pendapat para sahabat tentang pertempuran yang akan dihadapi, beliau berkata dengan penuh keyakinan, "Wahai Rasulullah, laksanakanlah apa yang dititahkan Allah, dan kami akan bersamamu. Demi Allah kami tidak akan berkata seperti perkataan Bani Israil kepada Nabi Musa, 'Pergilah dan berperanglah kamu bersama Tuhanmu, sedangkan kami akan duduk menunggu disini'. Tetapi kami akan mengatakan kepadamu, 'Pergi dan berperanglah engkau bersama Tuhanmu, dan kami ikut berjuang bersamamu. Demi Dzat yang telah mengutusmu membawa kebenaran, seandainya Engkau membawa kami kedalam lautan lumpur, kami akan berjuang bersamamu dengan tabah hingga mencapai tujuan dan kami akan bertempur di sebelah kanan dan di sebelah kirimu, di bagian depan dan di bagian belakangmu, hingga Allah memberikan kemenangan padamu.”
Miqdad adalah seorang ahli pikir ulung. Dia memiliki pikiran cemerlang dan hati tulus. Semua itu tercermin pada ucapan yang berbobot dan prinsip-prinsip hidup yang lurus.
Dikutip dari buku Kisah Seru 60 Sahabat Rasul karya Ummu Akbar, suatu hari Miqdad baru saja pulang dari tugasnya memimpin suatu daerah. Tatkala kembali dari tugasnya itu, Rasulullah Saw bertanya, "Bagaimanakah pendapatmu tentang menjadi amir?"
Selanjutnya...