Jumat 09 Feb 2024 23:08 WIB

Rusia-China Pecahkan Rekor Perdagangan Sebesar Rp 3,56 Kuadriliun

Hasil itu hasil dari pengembangan kemitraan dan kerja sama strategis kedua negara.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping di Belt and Road Forum di Beijing, China, Rabu (18/10/2023).
Foto: AP Photo/Sergei Guneyev
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping di Belt and Road Forum di Beijing, China, Rabu (18/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Rusia dan China saling mengucapkan selamat melalui telepon menyusul capaian rekor volume perdagangan mereka yang sebesar 227,7 miliar dolar (sekitar Rp 3,56 kuadriliun) pada 2023.

Angka perdagangan kedua negara itu melampaui target yang ditetapkan para pemimpin Rusia dan China satu tahun lebih awal, demikian pernyataan dari Kremlin pada Kamis (8/2/2024), dilansir Anadolu.

Baca Juga

Vladimir Putin dan Xi Jinping menyimpulkan hasil tersebut dampak dari pengembangan kemitraan dan kerja sama strategis negara mereka. Mereka menyatakan minat bersama untuk lebih meningkatkan kerja sama di semua bidang, dan mencatat bahwa tahun ini kedua negara itu memperingati 75 tahun hari jadi hubungan diplomatik mereka.

"Kedua belah pihak menegaskan kesiapan mereka untuk meningkatkan koordinasi kebijakan luar negeri dalam kerangka berbagai struktur multilateral, khususnya di PBB, BRICS, dan Organisasi Kerja Sama Shanghai," kata pernyataan resmi Pemerintah Rusia.

Saat bertukar pandangan mengenai situasi di Timur Tengah, Putin dan Xi mendukung penyelesaian politik dan diplomatik masalah Palestina dalam kerangka hukum internasional yang diakui secara umum.

Putin menegaskan kembali dukungan Rusia terhadap kebijakan Satu China ketika berbicara tentang ketegangan di sekitar Taiwan. Kedua pemimpin itu juga membahas situasi di Ukraina.

Putin dan Xi juga "menekankan bahwa interaksi erat Rusia-China merupakan faktor stabilisasi yang penting dalam urusan dunia," kata Kremlin.

Media pelat merah China melaporkan, Xi menekankan kedua belah pihak "harus mengintensifkan koordinasi strategis, menjaga kedaulatan nasional, keamanan, dan kepentingan pembangunan masing-masing, serta dengan tegas menentang campur tangan kekuatan eksternal dalam urusan dalam negeri."

"Kedua belah pihak harus memupuk momentum baru untuk kerja sama bilateral (dan) menjaga stabilitas rantai industri dan pasokan," kata Xi kepada Putin.

Xi menambahkan negara mereka harus "bersama mengadakan pertukaran budaya yang menghubungkan hati kedua bangsa dan terus memperketat hubungan kebersamaan rakyatnya."

Xi juga mengatakan China dan Rusia "harus mendukung Kazakhstan menjadi tuan rumah KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai tahun ini, meningkatkan persatuan dan rasa saling percaya serta menjaga keamanan dan stabilitas regional serta kepentingan bersama negara-negara kawasan."

Dia juga mendukung Rusia dalam mengambil alih jabatan presiden BRICS tahun ini. Beijing "bersedia bekerja sama dengan Rusia untuk memperkuat koordinasi mulitlateral internasional, mempraktikkan mulilateralisme sejati, mendukung dunia multipolar yang setara dan tertib serta globalisasi ekonomi yang menguntungkan semua pihak, dan menjadikan sistem pemerintahan global lebih adil dan masuk akal, sehingga dapat memberikan kontribusi positif dalam membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia," tambahnya.

Pembicaraan lewat telepon kedua pemimpin itu terjadi satu hari setelah Bank Komersial Chouzhou China, salah satu bank terbesar bagi eksportir Rusia, memberi tahu para kliennya di Rusia dan Belarus bahwa mereka mengakhiri semua operasinya di sana karena masalah pembayaran terkait dengan sanksi dari Barat.

 

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement