REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus kembali mendesak gencatan senjata di Gaza. Ia juga mengungkapkan keprihatinan atas serangan Israel ke Rafah, tempat terakhir warga Gaza mengungsi untuk mencari perlindungan.
Dikutip dari Aljazirah berdasarkan laporan terbaru juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qudra mengatakan jumlah korban jiwa dalam serangan Israel di Rafah menjadi 67 orang.
Ghebreyesus mengatakan hanya 15 dari 36 rumah sakit di Gaza "yang sebagian atau dalam kondisi minimal berfungsi." Ia mengatakan para petugas kemanusiaan berusaha sebaik mungkin dalam kondisi itu.
Di Pertemuan Pemerintah Dunia (WGS) di Dubai, Senin (12/2/2024) Ghebreyesus mengatakan WHO terus mendorong akses aman bagi personel dan pasokan kemanusiaan, pembebasan sandera dan gencatan senjata di Gaza.
Perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober ketika para pejuang Hamas menyerbu pagar perbatasan untuk menyerang kota-kota Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 sandera, menurut perhitungan Israel.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan perang Israel di kantong pemukiman rakyat Palestina itu sudah menewaskan lebih dari 28 ribu orang. Dilansir laman Reuters, PBB mengatakan lebih dari 85 persen warga Gaza mengungsi dan menghadapi kelaparan, dengan satu dari lima balita mengalami kekurangan gizi akut.
Pekan lalu, Israel mengatakan mereka berencana untuk menyerang Rafah, tempat terakhir yang relatif aman di Gaza, di mana lebih dari satu juta orang mengungsi, berkemah di jalan, di tanah kosong, dan di pantai.
"Saya sangat prihatin dengan serangan baru-baru ini di Rafah, di mana mayoritas penduduk Gaza telah melarikan diri dari kehancuran," kata Ghebreyesus.
"Sejauh ini, kami telah mengirimkan 447 metrik ton pasokan medis ke Gaza, tetapi itu hanya setetes air di lautan kebutuhan yang terus bertambah setiap hari," tambahnya.