Senin 12 Feb 2024 19:48 WIB

Menlu Inggris: Israel Harus Berhenti dan Berpikir Sebelum Menyerang Rafah

Pihak berwenang kesehatan mengatakan 67 orang Palestina gugur di Rafah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Warga Palestina menyaksikan kehancuran akibat bombardir Israel di Jalur Gaza di Rafah pada Senin, 12 Februari 2024.
Foto: AP Photo/Hatem Ali
Warga Palestina menyaksikan kehancuran akibat bombardir Israel di Jalur Gaza di Rafah pada Senin, 12 Februari 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan Israel harus berhenti dan memikirkan dengan serius sebelum menggelar serangan ke Rafah. Kota yang kini menampung lebih dari satu juta pengungsi itu adalah tempat terakhir warga Gaza mencari perlindungan.

Pihak berwenang kesehatan mengatakan 67 orang Palestina gugur dan puluhan lainnya terluka dalam operasi militer Israel untuk membebaskan dua sandera. "Kami pikir mustahil untuk melihat bagaimana Anda bisa berperang di antara orang-orang ini. Tidak ada tempat bagi mereka untuk pergi," kata Cameron saat ditanya tentang situasi di Rafah dan apakah Israel telah melanggar hukum internasional, Senin (12/2/2024).

Baca Juga

"Kami sangat prihatin pada situasinya dan kami ingin Israel berhenti dan memikirkan dengan sangat serius sebelum mengambil tindakan. Tapi di atas itu semua, apa yang kami inginkan jeda pertempuran dan kami semua ingin jeda itu mengarah pada gencatan senjata," kata Cameron.

Israel membebaskan dua sandera Israel-Argentina di Rafah dengan serangan udara yang menurut para pejabat kesehatan setempat membunuh 67 orang Palestina dan melukai puluhan lainnya. Operasi gabungan yang dilakukan oleh militer Israel, dinas keamanan Shin Bet dan Unit Polisi Khusus di Rafah membebaskan Fernando Simon Marman (60 tahun) dan Louis Hare (70).

Mereka termasuk di antara 250 orang yang ditawan dalam serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober militan. Pihak berwenang kesehatan Gaza mengatakan serangan Israel ke Jalur Gaza yang sudah berlangsung empat bulan telah 28.340 warga Palestina tewas dan melukai 67.984 lainnya.

Militer Israel mengatakan 31 sandera tewas, namun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan penyelamatan di Rafah menunjukkan tekanan militer harus terus berlanjut. Ia mengabaikan tekanan masyarakat internasional yang khawatir dengan rencana serangan ke Rafah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement