Rabu 14 Feb 2024 01:08 WIB

Tiga Jenis Pencegahan HPV, Apa Saja?

Bagi yang sudah aktif secara seksual, disarankan untuk melakukan skrining,

Wanita mengalami penyakit kardiovaskular (ilustrasi). Infeksi human papillomavirus (HPV) bisa ikut meningkatkan risiko terjadinya kematian akibat penyakit kardiovaskular pada perempuan.
Foto: Dok. Freepik
Wanita mengalami penyakit kardiovaskular (ilustrasi). Infeksi human papillomavirus (HPV) bisa ikut meningkatkan risiko terjadinya kematian akibat penyakit kardiovaskular pada perempuan.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dokter dari RS Persahabatan Jakarta dr Anindhita Sp OG(K)-Onk menjelaskan, sejumlah cara untuk mencegah virus HPV, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, serta gaya hidup. "Ada pencegahan primer ya, jadi kita mencegah si virus ini masuk dengan pemberian vaksin. Vaksinnya saat ini sudah ada, dulu ada vaksin yang proteksi terhadap empat jenis HPV, kemudian sekarang sudah ada yang terbaru ini, yang proteksi terhadap sembilan," ujar dia dalam “Cegah Kanker Serviks dengan Vaksinasi HPV” yang disiarkan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Selasa, (13/2/2024).

Anindhita menjelaskan, vaksin tersebut dapat diberikan sejak anak berusia sembilan tahun. Adapun dosis yang diberikan, ujarnya, dua kali dengan rentang satu tahun. Bagi yang berusia di atas 13 tahun, seperti yang sudah kuliah, dosis yang diberikan tiga kali dengan rentang lebih singkat.

Baca Juga

"Ya jadi misalnya sekarang. Karena dia ada tiga kali kan suntikannya. Sekarang, dua bulan dari sekarang, kemudian enam bulan dari sekarang. Jadi yang pertama atau kedua jaraknya dua bulan. Terus yang kedua jaraknya sekitar empat bulan," kata dia. Dia menyarankan agar mengambil vaksin sedini mungkin.

Di Indonesia, ujarnya, vaksin tersebut diberikan pada siswi-siswi kelas lima dan enam SD atau yang berusia 13 tahun. Ia juga menyebut ada pencegahan sekunder, yaitu dengan melakukan deteksi dini, seperti melalui pap smear dan pemeriksaan HPV DNA.

Dengan demikian, kata Anindhita, seseorang dapat mengetahui apakah mereka mendapatkan virus tersebut. "Apakah kalau terpapar apakah virusnya ini yang risiko rendah, karena virus HPV ini nggak semuanya bikin kanker. Atau kita terpapar oleh virus yang risiko tinggi yang memang menyebabkan kanker," kata dia.

Idealnya, katanya, deteksi tersebut dilakukan setahun sekali bagi orang-orang yang sudah aktif secara seksual, seperti yang sudah menikah, atau tiga tahun apabila pemeriksaan tersebut menunjukkan tanda-tanda yang bagus.

Dalam kesempatan itu, Anindhita menyebut, sejumlah orang yang rentan terkena kanker serviks, misalnya perempuan yang pernah berhubungan seksual di usia muda, misalnya di bawah 17 tahun. Dia menjelaskan, perkembangan organ genital belum sempurna masih saat muda.

"Atau yang multi-partner gitu ya, jadi berganti-ganti pasangan, atau orang-orang yang benar-benar merokok, seperti itu akan menjadi lebih rentan terhadap kejadian kanker serviks," katanya. Dia menyarankan bagi yang sudah aktif secara seksual, disarankan untuk melakukan skrining serta menjaga kebersihan tubuh.

Anindhita mengatakan untuk membersihkan organ genital tidak perlu menggunakan sabun atau obat, cukup dengan air dan dilap hingga kering, agar tidak lembab. Jika menggunakan obat-obatan, katanya, dapat membunuh bakteri baik yang menjaga area tersebut, sehingga dapat memicu infeksi.

Selain itu, ujarnya, konsumsi rokok perlu dikurangi, bahkan dihentikan, karena rokok juga dapat memengaruhi kesehatan serviks. Jangan lupakan juga, makan dengan gizi yang seimbang.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement