Jumat 16 Feb 2024 11:53 WIB

Adik Kim Jong Un Bertekad Membuka Hubungan Antara Korut dan Jepang

Pihak Korut menghargai pidato dari Perdana Menteri Fumio Kishida.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida memberikan keterangan pers di kantornya di Tokyo, terkait gempa bumi yang terjadi di Jepang, Senin (1/1/2024). Jepang mengeluarkan peringatan tsunami dan memerintahkan masyarakat untuk mengungsi dari daerah tepi pantai setelah terjadi serangkaian gempa di garis pantai baratnya.
Foto: AP Photo/Kyodo News
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida memberikan keterangan pers di kantornya di Tokyo, terkait gempa bumi yang terjadi di Jepang, Senin (1/1/2024). Jepang mengeluarkan peringatan tsunami dan memerintahkan masyarakat untuk mengungsi dari daerah tepi pantai setelah terjadi serangkaian gempa di garis pantai baratnya.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan rezimnya terbuka untuk meningkatkan hubungannya dengan Jepang, termasuk mengundang pemimpin Jepang tersebut ke Pyongyang, Kamis (15/2/2024).

Pernyataan Kim Yo-jong tercetus setelah Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan dalam pidatonya pekan lalu bahwa dia merasakan “kebutuhan yang kuat” untuk mengubah hubungan saat ini antara Tokyo dan Pyongyang, dan bahwa dia saat ini sedang melakukan aktivitas terkait.

Baca Juga

"Saya pikir tidak ada alasan untuk tidak menghargai pidatonya baru-baru ini sebagai pidato yang positif, jika hal itu didorong oleh niatnya yang sebenarnya untuk dengan berani melepaskan diri dari belenggu masa lalu dan meningkatkan hubungan Korea Utara-Jepang," kata Kim Yo-jong dalam laporan berbahasa Inggris oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).

Kim Yo-jong menambahkan ada kemungkinan bahwa kunjungan perdana menteri Jepang ke Pyongyang akan terjadi, bila Tokyo dapat menanggalkan kebiasaan buruknya yang tidak masuk akal, dengan menarik Korut atas hak sahnya membela diri dan tidak memberikan halangan seperti isu penculikan yang dinilainya sudah terselesaikan.

Isu penculikan telah menjadi salah satu halangan utama dalam normalisasi diplomasi antara Korea Utara dan Jepang selama beberapa dekade.

Jepang mengeklaim telah mengkonfirmasi penculikan 17 warga Jepang oleh Korea Utara pada tahun 1970-an dan 1980-an untuk pendidikan bahasa bagi mata-mata Korea Utara. 

“Saya pikir kepemimpinan negara kita masih belum mempunyai gagasan untuk memperbaiki hubungan Korea Utara-Jepang dan tidak tertarik untuk melakukan kontak,” katanya.

"Penting untuk memperhatikan niat tersembunyi Perdana Menteri Kishida di masa depan," ujar Kim Yo-jong menambahkan.

Sementara itu, sebuah media Jepang melaporkan awal pekan ini bahwa Kishida sedang mempertimbangkan untuk mengunjungi Korea Selatan pada akhir Maret dan mengadakan pertemuan puncak dengan Presiden Yoon Suk-yeol, yang akan menandai kunjungan kedua pemimpin Jepang itu.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement