REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap insan pada hakikatnya akan mendapatkan porsi kesulitan dan tantangan hidup sesuai kemampuannya. Karena di balik kesulitan, Allah janjikan kemudahan.
Sufi Jalaluddin Rumi dikenal dengan karya-karya puisinya tentang Tuhan yang menakjubkan kerap kali mengajarkan bagaimana seorang yang beriman agar pandai mengucap syukur. Bukan hanya di waktu senang, tapi juga di waktu sulit.
Rumi menuliskan nasihatnya melalui seni, salah satunya puisi. Salah satu puisi sufi ini juga seolah membangunkan semangat di kala hati dan jiwa tertimpa kesulitan.
Dalam buku Belajar Hidup dari Rumi karya Haidar Baghir disebutkan, Jalaluddin Rumi menggambarkan bagaimana harusnya manusia menjalani kesulitan dalam ujian yang diberikan Allah. Sebab adanya ujian itu merupakan jalan untuk menguatkan bagi manusia itu sendiri. Rumi menjabarkannya dalam puisi sebagaimana berikut:
Wujud manusia adalah rumah penginapan
Setiap pagi tamu baru
Kegembiraan, kesumpekan, kekejaman
Kadang kesadaran-kesadaran sesaat tiba sebagai tamu kejutan
Sambut dan jamu semua
Bahkan jika itu tumpukan kesedihan,
Yang ganas sapu semua perkakas rumahmu
Boleh jadi ia bersihkan dirimu demi pesona baru
Kesumpekan, rasa malu, kelicikan
Songsong di pintu dengan tawa
Ajak masuk
Syukuri apa saja yang datang
Karena semua diutus
Sebagai pandu dari sana.
Jika ujian direnungkan dan diambil hikmahnya, maka kesulitan itu sesungguhnya dapat mematangkan jiwa kita, manusia. Ujian dapat memberikan pencerahan. Keserbaadaan (zona nyaman) justru menurut Rumi dapat melenakan manusia.
Doa ketika dilanda kesulitan
Lihat halaman berikutnya >>>