Rabu 21 Feb 2024 00:01 WIB

Timnas Putri Indonesia Kini Punya Pelatih Juara Piala Dunia, Pengamat: Langkah Tepat PSSI

Satoru ikut membawa Jepang meraih Piala Dunia 2011.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Pelatih baru Timnas Wanita Indonesia Satoru Mochizuki (tengah) saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Selasa (20/2/2024). PSSI resmi memperkenalkan pelatih timnas wanita Indonesia yang baru. Sosok tersebut adalah Mochizuki Satoru, pelatih asal Jepang yang mendapatkan lisensi kepelatihan dari JFA sejak tahun 2005. Satori diharapkan bisa membawa timnas Indonesia mendapatkan prestasi di masa depan.
Foto: Republika/Prayogi
Pelatih baru Timnas Wanita Indonesia Satoru Mochizuki (tengah) saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Selasa (20/2/2024). PSSI resmi memperkenalkan pelatih timnas wanita Indonesia yang baru. Sosok tersebut adalah Mochizuki Satoru, pelatih asal Jepang yang mendapatkan lisensi kepelatihan dari JFA sejak tahun 2005. Satori diharapkan bisa membawa timnas Indonesia mendapatkan prestasi di masa depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sepak bola, Mohamad Kusnaeni mengapresiasi langkah PSSI mendatangkan Satoru Mochizuki. PSSI menunjuk Satoru menjadi pelatih tim nasional Wanita Indonesia.

Sosok berusia 59 tahun itu sudah malang melintang di dunia kepelatihan. Ia bagian dari tim pelatih yang membawa timnas wanita Jepang menjuarai Piala Dunia 2011 lalu.

Baca Juga

"Perekrutan Satoru langkah yang tepat. Timnas putri memang butuh pelatih berkualitas dan berpengalaman menangani tim putri.

"Kita sudah melihat sejumlah pelatih lokal dipercaya menangani timnas putri. Tapi hasilnya kurang optimal karena berbagai keterbatasan yang mereka hadapi" kata Kusnaeni, kepada Republika.co.id, Selasa (20/2/2024).

Sosok yang biasa disapa Bung Kus ini melanjutkan. Ia berpendapat kedatangan Satoru bukan satu-satunya modal untuk mengembangkan kualitas para srikandi merah putih. Ia mendesak berbagai pihak terkait agar segera menyelenggarakan kompetisi.

Itu hal yang normal. Dari kompetisi bisa melahirkan bakat-bakat pilihan. Keadaan demikian, memudahkan pelatih saat harus melakukan pemilihan pemain.

"Tanpa kompetisi putri yang bagus, Satoru akan menghadapi kesulitan yang sama dengan para pendahulunya. Tidak ada data stok pemain yang komprehensif dan pemain yang terpilih pun biasanya datang ke timnas dalam kondisi kurang ideal.

"Sekali lagi, tidak akan banyak progres yang bisa dibuat Satoru jika kompetisi sepak bola putri tidak digelar. Tugas PSSI dan PT LIB untuk mendorong klub-klub Liga 1 dan Liga 2 mulai menghidupkan pembinaan sektor putri mereka," ujar Bung Kus.

Saat masih aktif bermain Satoru Mochizuki mengoleksi tujuh caps timnas Jepang. Ia mendapatkan lisensi kepelatihan dari Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) sejak 2005. Dari sana ia mulai berpetualang. 

Sejatinya, karier kepelatihan Satoru sudah dimulai sejak 1998 di mana ia menangani klub J-League Kyoto Sanga FC. Dua tahun berselang 2000 ia pindah ke Vissel Kobe. Setelah memiliki pengalaman di level klub, ia melanjutkan kariernya bersama timnas muda Jepang. Pada 2005 ia menangani timnas Jepang U-16.

Pada 2008 ia bagian dari staf kepelatihan timnas Jepang wanita dan berhasil membawa timnya lolos ke empat besar Olimpiade Beijing 2008. Tiga tahun berselang, mereka menjadi kampiun di Jerman. Lalu pada 2012, para srikandi negeri matahari terbit meraih medali perak Olimpiade London.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement