REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Kasus demam berdarah dengue (DBD) dilaporkan meningkat pada awal 2024 ini di Kota Bogor, Jawa Barat. Sejumlah warga yang terjangkit penyakit DBD meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor Sri Nowo Retno mengatakan, pada Januari lalu terdata 389 kasus DBD, di mana satu orang meninggal dunia. Adapun pada Februari, sejauh ini dilaporkan 456 kasus DBD, di mana tiga orang meninggal dunia.
Sementara pada 2023 dilaporkan dalam setahun 1.474 kasus DBD, dengan sembilan kematian. Melihat peningkatan kasus DBD ini, masyarakat di Kota Bogor diajak menggencarkan upaya-upaya pencegahan, seperti melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M Plus.
“Kita harus gerak cepat. Kita lakukan gerakan serentak tiap minggu dan kita akan evaluasi. Gerakan gotong royong, bebersih, 3M Plus,” kata Sri.
Masyarakat diminta melakukan 3M, yaitu menguras tempat penampungan air dan menutupnya, serta membersihkan barang-barang yang dapat menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus dengue. Dinkes juga mendorong masyarakat rutin membersihkan lingkungan dan menggiatkan gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik) nyamuk.
Pada Ahad (25/2/2024), Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto ikut melakukan gerakan PSN di wilayah Situpete, Kelurahan Sukadamai, Kecamatan Tanah Sareal. Di wilayah kelurahan tersebut dilaporkan sudah terdata 14 kasus DBD tahun ini.
“Kami menemukan jentik nyamuk di dispenser, tempat air minum. Kemudian kulkas di belakangnya ada penampungan air, genangan,” kata Bima Arya, setelah melakukan PSN di rumah warga.
Pada beberapa rumah yang ditinjaunya, Bima Arya mendapat laporan kejadian awal positif DBD. Kemudian kasus bertambah di rumah lain, dengan rata-rata pasien berusia di bawah lima tahun atau balita.
Bima Arya berpesan kepada para ketua RT dan RW, juga kader jumantik, untuk terus menggiatkan PSN guna mencegah penyebaran penyakit DBD. Petugas puskesmas juga diminta melakukan diagnosis secara cepat jika ada warga dengan gejala seperti terkena DBD.