Selasa 27 Feb 2024 19:03 WIB

Mau Nikah Lagi Setelah Cerai, Psikolog: Hindari Membandingkan Calon dengan Mantan

Anda disarankan tidak membandingkan calon pasangan dengan mantan.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Pasangan pengantin (ilustrasi). Penting untuk menghindari membandingkan calon pasangan baru dengan pasangan sebelumnya.
Foto: republika
Pasangan pengantin (ilustrasi). Penting untuk menghindari membandingkan calon pasangan baru dengan pasangan sebelumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog keluarga dan pernikahan Yulistin Puspaningrum menyampaikan pentingnya menghindari membandingkan calon pasangan baru dengan pasangan sebelumnya. Utamanya, saat memutuskan untuk membangun hubungan pernikahan baru setelah bercerai.

"Kita cari jodoh yang bisa menutup masa lalu, artinya tidak membandingkan dengan pasangan sebelumnya," kata lulusan Universitas Gadjah Mada itu pada Selasa (27/2/2024).

Baca Juga

Ia mengatakan, setiap orang memiliki karakter dan kepribadian masing-masing, karena itu sebaiknya tidak membandingkan calon pasangan baru dengan pasangan sebelumnya. Lebih baik fokus pada upaya untuk membangun keluarga bersama calon pasangan baru.

Menurut dia, penting pula bagi pasangan untuk menghadirkan suasana layaknya pacaran dalam rumah tangga. "Di dalam kehidupan berumah tangga mereka perlu waktu berdua kayak pacaran. Kadang ada orang tua enggak tega ninggalin anaknya karena masih kecil, (kalau begini) bisa minta saudara untuk jaga anaknya dulu," katanya.

Apabila salah satunya sudah punya anak, ia mengatakan, maka sebaiknya anak dikenalkan kepada calon pasangan baru dan diberi waktu agar bisa memahami dan menerima bahwa ibu atau ayahnya akan menikah dengan orang tersebut. "Kalau dilihat pasangan karakternya oke, kita bujuk, anak tetap enggak mau, ya segera diputuskan, mau terus apa berhenti tetap mengutamakan anak," katanya.

Ia menekankan pentingnya mempertimbangkan perasaan dan pendapat anak dalam membuat keputusan untuk membangun hubungan pernikahan yang baru setelah bercerai. Namun, jika anak tidak menerima kehadiran orang baru dalam hidup ayah atau ibunya tanpa alasan logis, seperti hanya tidak ingin orang tuanya bersama orang lain, Yulistin mengatakan, pasangan bisa mempertimbangkan untuk melanjutkan hubungan karena bisa jadi penolakan terjadi karena anak belum memahami kebutuhan orang tuanya.

Dia juga mengemukakan perlunya mengomunikasikan rencana pernikahan dengan keluarga besar. "Kalau enggak setuju, apa pertimbangannya. Kalau misal dirasa pertimbangannya enggak logis, ya sudah ambil jalan enggak perhatikan pertimbangan tadi," katanya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement