Jumat 01 Mar 2024 19:20 WIB

Pantomim 'Si Bisu untuk Dungu' di Bundaran UGM, Desak Rektor Bersuara Terkait Pemilu

Mereka mencari enam rektor pemberani di Yogyakarta menyuarakan kecurangan pemilu.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus raharjo
Aksi pantomim bertajuk Surat Cinta Kepada Penguasa dari Si Bisu untuk yang Dungu  digelar di Bundaran UGM, Sleman, DIY, Jumat (1/3/2024).
Foto: Republiika/Febrianto Adi Saputro
Aksi pantomim bertajuk Surat Cinta Kepada Penguasa dari Si Bisu untuk yang Dungu digelar di Bundaran UGM, Sleman, DIY, Jumat (1/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kelompok masyarakat yang tergabung dalam Dewe Yoben menggelar aksi teatrikal bertajuk 'Surat Cinta Kepada Penguasa dari Si Bisu untuk yang Dungu' di Bundaran UGM, Jumat (1/3/2024). Aksi yang digelar bertepat peringatan Serangan Umum 1 Maret tersebut merupakan bentuk keprihatinan terhadap kondisi bangsa saat ini.

"Karena di saat bangsa ini sekarang ini banyak hal-hal yang kurang pas ternyata di Jogja ini yang Jogja ini terdiri dari kampung, kraton, dan kampus. Kampung bergerak, kraton sudah memberikan sinyal, tapi kampus masih diam," kata koordinator aksi Hendri, Jumat (1/3/2024).

Baca Juga

Karena itu dalam aksi tersebut mereka mencari enam rektor pemberani di Yogyakarta yang mau menyuarakan ketidakpuasan masyarakat ihwal hasil pemilu. Adapun makna angka enam sesuai dengan semangat peristiwa Serangan Umum 1 Maret yang berlangsung selama enam jam.

"Semangatnya adalah bagaimana menggelorakan bahwa waktu itu TNI masih eksis Indonesia sudah merdeka masih ada, ini sama republik ini masih eksis, tapi diacak-acak oleh bangsa kita sendiri yang dulu reformasi berasal dari sini di bunderan ini tapi hari ini juga pemerintah itu notabene lahir dari UGM tapi hari ini pula negara ini yang rusak kita tahu orang-orang dari mana, dan di sini lah, kampus ini sekarang ini bisu, tidak bersuara sama sekali," ucapnya.

Menurutnya pasca-pemilu, UGM sebagai sumber intelektualitas mestinya menyuarakan kegelisahan masyarakat terkait kondisi yang terjadi saat ini. Namun ia menyayangkan UGM justru tak bersuara. 

"Ketika kita ramai-ramai dengan rombongan juga tidak akan didengar tapi mungkin dengan si bisu yang seorang diri ini mungkin mereka akan dengar dan juga kita lihat mungkin di sini di UGM ini rektor UGM akan dengar dan mungkin dia akan bersuara mengajak semua sivitas akademik untuk memulai gerakan ini, untuk menyuarakan supaya negeri ini kembali, jangan sampai negeri ini menjadi rusak" tegasnya.

Dalam aksi tersebut menampilkan pantomim yang tengah memainkan gitar.  Selain itu ditampilkan juga aksi pantomim membacakan surat cinta berjudul 'Surat Cinta Kepada Penguasa (Dari si Bisu untuk yang Dungu)'. 

Berikut isi surat tersebut:

"Kutulis surat ini ketika kata-kata sudah kehilangan makna. 

Kepada kalian para penguasa yang berdasi tapi tak bernurani, yang perlente tapi memburu rente, dengarlah suara kami.

Kalian yang menyebut diri sebagai pemimpin rakyat, nyatanya kau diam saat kami sekarat.

Kalian yang menyebut diri sebagai pejuang demokrasi, nyatanya kau justru sibuk mencari keuntungan diri.

Masihkah kalian tertawa di tengah nyanyian sumbang kami Masihkah kalian berdansa di atas panggung penderitaan kami?

Wahai Rakyat yang tertindas, buruh dan tukang becak, seniman dan kaum cerdik pandai, jika kalian diam pada siapa kami mengadu. Jangan biarkan kami menjadi suara bisu yang membeku.

Ketika demokrasi dihancurkan, maka diam bukanlah 

Bunderan UGM, 1 Maret 2024

Ku tulis surat ini di bawah lusuhnya kain bendera di halaman kampus kita"

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement