REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Banyak penjelasan mengemukakan saat orang yang meninggal, hanya akan ditemani oleh amal yang ia lakukan selama hidup di dunia.
Maksud dari pernyataan tersebut adalah bila hamba itu memiliki amal saleh, ia akan merasakan nikmat kubur hingga hari dibangkitkan.
Sedang bila amalnya buruk semasa hidupnya, ia akan mendapat azab kubur hingga hari dibangkitkan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW Berikut ini:
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: قال رسول الله ﷺ : يتبع الميت ثلاثة فيرجع اثنان ويبقى واحد يتبعه أهله وماله وعمله فيرجع أهله وماله ويبقى عمله.
Artinya: Dari Annas bin Malik RẠ dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal yang mengikuti mayat, maka dari yang mengikuti mayat itu yang kembali pulang dua dan yang tetap kekal satu. Yaitu mengikuti keluarganya, mengikuti hartanya, mengikuti amalnya, dan mengikuti amalnya. Maka yang kembali pulang adalah keluarganya dan hartanya, dan yang tetap kekal menemani dalam kubur adalah amalnya.” (Imam Qurthubi menukilkan juga hadits ini dalam kitab at-Tadzkirah halaman 297-298 yang diterbitkan Maktabah Darul Minhaj )
Tentang amal yang menemani orang yang telah meninggal di dalam kuburnya dirinci lagi dalam hadits yang diriwayatkan Abu Nu'aim.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ada tujuh amal yang menemani hamba di dalam kubur yaitu 1) ilmu yang diamalkan, 2) amal membuat pengairan 3) amal membuat sumur untuk kemaslahatan umat 4) pohon yang ditanamnya 5) masjid yang dibangunnya, 5) mushaf yang diwariskannya, atau 6)meninggalkan anak saleh 7) yang anak saleh itu memintakan ampunan bagi orang tuanya setelah kematiannya
وروى أبو نعيم من حديث قتادة عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: قال رسول الله ﷺ: سبع يجري أجرها للعبد بعد موته وهو في قبره: من علم علما ، أو أجرى نهرا ، أو حفر بئرا ، أو غرس نخلا ، أو بنى مسجدا ، أو ورث مصحفا ، أو ترك ولدا يستغفر له بعد موته. هذا حديث غريب من حديث قتادة تفرد به أبو نعيم عبد الرحمن بن هانئ النخعي عن العزرمي محمد بن عبد الله عن قتادة ، وخرجه ابن ماجه من حديث الزهري.
Dan diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dari hadits imam Qotadah dari Anas bin Malik RA., ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda, “Tujuh perkara yang menemani seorang hamba setelah kematiannya di dalam kuburnya. Yaitu ilmu yang diamalkan, atau pengairan yang dibuatnya, atau sumur yang digalinya atau pohon yang ditanamnya, atau masjid yang dibangunnya, atau mushaf yang diwariskannya, atau meninggalkan anak saleh yang memintakan ampunan bagi orang tuanya setelah kematiannya.” Ini adalah hadits Gharib dari hadits Qatadah yang terdapat dalam riwayat Abu Nu'aim Abdurrahman bin Hani An Naj'i dari 'Azrumiy Muhammad bin Abdullah dari Qatadah. Dan diriwayatkan juga oleh Ibnu Majah dari hadits az Zahri.
Kematian adalah janji yang paling benar dan hakim yang paling adil. Mati membuat orang sedih dan menangis, memisahkan seseorang dari kelompoknya, mati menghancurkan kelezatan dunia, dan memutus setiap angan-angan.
Dalam kitab at-Tadzkirah karya Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farh al-Anshari al-Khazraji, al-Andalusi, al-Qurthubi atau dikenal dengan sebutan Imam Qurthubi tepatnya pada Babu Dzikril Mauti Wa Fadhlihi Wal Isti'dadi Lahu (Bab tentang Mengingat Kematian dan Keutamaan Bersiap untuknya), mengatakan karena itu hendaknya seseorang memperbanyak mengingat mati dan menyiapkan apa saja untuk menghadapi kematian dan setelah kematian.
Orang yang mengalami kematian akan ditinggal segalanya, anak istrinya, keluarganya, sahabatnya.
Maka dari itu bagi orang yang selalu menumpuk-numpuk harta, maka harta tersebut tidak akan dibawa ke alam kubur (kecuali menjadi sedekah jariyah). Yang dibawa setiap orang yang mati hanya kain kafan.
Sementara itu, Imam al-Qurthubi, mengutip penjelasan Syekh al-Daqqaq. Syekh al-Daqqaq tentang ciri-ciri orang yang mengingat kematian dan yang lupa kematian.
Syekh al-Daqqaq membaginya masing-masing tiga ciri. Menurutnya orang yang banyak mengingat mati cirinya adalah menyegerakan tobat, rendah hati, dan rajin beribadah.
Baca juga: Prasasti Ini Ungkap Kebenaran Alquran tentang Bangsa Samud, Aad, dan Iram
Sedangkan orang yang melupakan kematian cirinya adalah menangguhkan taubat, tidak ikhlas dengan pemberiannya, dan malas beribadah.
من أكثر ذكر الموت أكرم بثلاثة أشياء: تعجيل التوبة، وقناعة القلب، ونشاط العبادة، ومن نسي الموت عوقب بثلاثة أشياء: تسويف التوبة، وترك الرضى بالكفاف، والتكاسل في العبادة
“Barangsiapa yang banyak mengingat mati, dimuliakan dengan tiga ciri-cirinya itu mensegerakan tobat, rendah hati, dan rajin beribadah. Dan barangsiapa yang lupa kematian ditandai dengan tiga ciri, menangguhkan tobat, tidak ikhlas dengan pemberiannya, dan malas beribadah.”