Rabu 06 Mar 2024 15:05 WIB

Wasiat untuk Umat Manusia dari Nabi Muhammad Sang Pembawa Cahaya 

Nabi Muhammad SAW di muka bumi adalah sebagai pembawa cahaya.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Nabi Muhammad (ilustrasi)
Foto: republika
Nabi Muhammad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Satu dari sekian banyak esensi kehadiran Nabi Muhammad SAW di muka bumi adalah sebagai pembawa cahaya kepada semesta, yakni membawa Rahmatan lil Alamin (rahmat bagi seluruh alam). Cahaya Rasulullah SAW terjadi pada saat peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW. 

Ibnu Ishak sebagaimana ditulis Ibnu Hisyam dalam Sirah Nabawiyah: Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah berkata:

Baca Juga

“Banyak orang mengatakan, dan hanya Allah yang lebih tahu, bahwa Aminah binti Wahb, ibunda Rasulullah bercerita: Saat mengandung Rasulullah, ia bermimpi didatangi seseorang kemudian orang itu berkata kepadanya: Sesungguhnya engkau sedang mengandung penghulu umat ini. Jika dia telah lahir ke bumi, maka ucapkanlah: Aku berlindung kepada Allah Tuhan Yang Esa dari keburukan semua pendengki, dan namakanlah dia Muhammad.”

Saat mengandung Nabi Muhammad SAW, Aminah binti Wahb melihat cahaya keluar dari perutnya yang dengannya dia bisa melihat istana-istana Bushra di wilayah Syam (Ishaq: 2018: 96). Sebagai catatan, wilayah Syam kurang lebih saat ini meliputi Palestina, Siria, dan Yordania.

Pada saat Nabi Muhammad SAW mendapat wahyu pertama atau turunnya ayat Alquran yaitu di Gua Hira di Jabal Nur atau dalam bahasa Indonesia artinya Bukit Cahaya atau Gunung Cahaya. Alquran mempunyai banyak nama yang menunjukkan keutamaan dan fungsinya. 

Dalam buku Mukadimah Alquran dan Tafsirnya (Kementerian Agama RI, 2010: 8-9) disebutkan nama Alquran di antaranya adalah Alquran yang artinya bacaan atau yang dibaca, Al-Kitab artinya yang ditulis atau yang dikumpulkan. 

Selanjutnya, Al-Furqan artinya pembeda antara yang hak dan yang batil, berikutnya adalah Az-Zikr artinya peringatan. Masih ada beberapa nama lainnya, termasuk juga An-Nur yang artinya cahaya.

Demikian dijelaskan Arkeolog, Profesor Ali Akbar dalam buku Arkeologi Alquran: Penggalian Pengetahuan Keagamaan terbitan Lembaga Kajian dan Peminatan Sejarah, 2020.

Profesor Ali Akbar dalam bukunya menjelaskan bahwa pada saat Nabi Muhammad SAW berdakwah dengan berbekal Alquran, Rasulullah SAW salah satunya berinteraksi dengan Ahli Kitab. 

Dalam Alquran, Surat Al-Maidah 15-16 misalnya dijelaskan ketika Nabi Muhammad SAW berhadapan dengan Kaum Yahudi yang menyembunyikan ajaran Allah SWT yang tersebut dalam Kitab Taurat.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ قَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيْرًا مِّمَّا كُنْتُمْ تُخْفُوْنَ مِنَ الْكِتٰبِ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍەۗ قَدْ جَاۤءَكُمْ مِّنَ اللّٰهِ نُوْرٌ وَّكِتٰبٌ مُّبِيْنٌۙ

Wahai Ahlul kitab, sungguh Rasul Kami telah datang kepadamu untuk menjelaskan banyak hal dari (isi) kitab suci yang kamu sembunyikan dan membiarkan (tidak menjelaskan) banyak hal (pula). Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab suci yang jelas. (QS Al-Maidah Ayat 15)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

يَّهْدِيْ بِهِ اللّٰهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهٗ سُبُلَ السَّلٰمِ وَيُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ بِاِذْنِهٖ وَيَهْدِيْهِمْ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ

Dengannya (kitab suci) Allah menunjukkan kepada orang yang mengikuti rida-Nya jalan-jalan keselamatan, mengeluarkannya dari berbagai kegelapan menuju cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan kepadanya (satu) jalan yang lurus. (QS Al-Maidah Ayat 16)

Dalam buku Alquran dan Tafsirnya, Jilid 2, kata "nur" ditafsirkan dengan Nabi Muhammad SAW. Pada QS Al-Maidah Ayat 15 disebutkan “telah datang utusan Kami, Rasul dan Kitab yang jelas yaitu Alquran.” Allah SWT menjadikan Nabi Muhammad SAW dan Alquran yang diturunkan kepadanya sebagai pemberi hidayah bagi orang-orang yang mengikuti jalan-Nya. 

Nabi Muhammad SAW diserupakan dengan nur atau cahaya karena memberikan pencerahan yakni mengeluarkan dari zaman jahiliyah, kebodohan, jalan gelap gulita kepada jalan terang dan jalan lurus yang dilandasi keimanan.

Wasiat Nabi Muhammad SAW 

Pada saat Nabi Muhammad SAW meninggal, beliau juga menyampaikan pesan atau berwasiat. Sebagaimana wasiat atau pesan orang yang kita hargai, orang yang kita hormati, orang yang kita cintai, misalnya orang tua kita, maka kita ingat dan laksanakan wasiat tersebut.

Apa wasiat orang tua sebelum meninggal? Misalnya ayah kita? Jaga ibu kalian, jaga adik dan saudara kalian. Pergunakanlah harta di jalan yang benar, berbuat jujurlah, jangan korupsi dan menzalimi orang lain dan lingkungan, dan lain sebagainya. Sebagaimana anak yang ingat kepada pesan orang tua, anak yang ingat hari kelahiran dan kematian orang tua, anak yang ketika memegang atau melihat benda-benda peninggalan orang tua atau benda budaya (material culture) akan teringat wasiat itu. Anak yang ketika melihat foto-foto lama maka teringat perilaku dan ucapan orang tua.

Lantas, apa harta atau wasiat yang diberikan oleh Rasulullah SAW? 

Nabi Muhammad SAW dengan segala ucapan dan perilakunya adalah pembawa cahaya penerang alam semesta. Ketika Nabi Muhammad SAW meninggal, maka cahaya itu hendaknya dihidupkan, disebarkan dan diteruskan oleh pengikutnya. Caranya adalah dengan membaca dan mengamalkan Alquran serta melaksanakan ucapan dan perilaku Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW juga manusia. Lahir dan akhirnya meninggal. Nabi Muhammad dibekali Allah SWT kitab Alquran. Kitab itu diwasiatkan kepada umat manusia. 

Mengikuti jalan terang, jalan penuh cahaya dari Alquran akan membuat manusia selamat dunia dan akhirat. Tidak membaca Alquran, hanya menaruh di rak buku, atau menyembunyikan isi Alquran, sama saja dengan upaya membiarkan, meredupkan, mematikan cahaya yang akan berakibat buruk bagi manusia tersebut dan keturunannya.

Menurut Arkeolog Profesor Ali Akbar, Maulid Nabi Muhammad SAW dapat dimaknai dengan membuka, membaca, menyebarkan, dan mengamalkan Alquran. Sehingga cahaya akan menyinari semesta. 

Kelahiran Rasulullah SAW menerangi istana-istana Bushra di wilayah Syam dan akhirnya membentuk tatanan masyarakat yang hidup secara islami. Jika ingin memperingati lahirnya Rasulullah SAW, maka kiranya dapat meneruskan perjuangannya dengan menggunakan Alquran sebagai cahaya yang dapat menerangi hati yang kusam, pikiran yang muram, dan tindakan yang kelam. 

Hendaknya menyebarkan cahaya Alquran kepada keluarga, tetangga, lingkungan sekitar, dan juga negara serta antarbangsa. Sebagai penerus ajaran Rasulullah SAW, dengan kapasitas masing-masing, hendaknya mencoba menerangi dan membawa rahmat bagi alam semesta.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement