Sabtu 09 Mar 2024 15:18 WIB

TPK BKKBN di Yogyakarta Ungkap Sejumlah Kesulitan Saat Edukasi Stunting di Masyarakat 

Pola asuh nenek atau kakeknya biasanya cenderung mengupayakan agar cucunya diam.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Gita Amanda
TPK BKKBN mengungkapkan sejumlah kesulitan saat melakukan pendampingan terhadap masyarakat yang anaknya memiliki risiko stunting. (ilustrasi)
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
TPK BKKBN mengungkapkan sejumlah kesulitan saat melakukan pendampingan terhadap masyarakat yang anaknya memiliki risiko stunting. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tim Pendamping Keluarga (TPK) BKKBN mengungkapkan sejumlah kesulitan saat melakukan pendampingan terhadap masyarakat yang anaknya memiliki risiko stunting. Kader KB, Patricia Sri Maryanti mengatakan salah satu kesulitan yakni terkait pola asuh anak. 

"Prakteknya di lapangan sangat sulit, banyak faktor juga seperti yang kami dampingi itu rata-rata kita dari pola asuhnya orang tuanya kerja dan pengasuhannya oleh nenek atau kakeknya," kata Patricia dalam diskusi bertajuk 'TPK Garda Terdepan Penurunan Stunting di Indonesia' di Yogyakarta, Jumat (8/3/2023).

 

Menurut Patricia pola asuh nenek atau kakeknya biasanya cenderung mengupayakan agar cucunya diam. Sehingga sering kali asupan makanan anak tersebut tidak begitu diperhatikan. Padahal nutrisionis dari puskesmas sudah melakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk memenuhi gizi anak.

 

"Ya sudah akhirnya nenek atau kakek ini karena anaknya nggak mau makan ya sudah akirnya diberikan yang anak mau yang sering kali ini kurang memenuhi apa yg dibutuhkan untuk anak," ucapnya.

 

Selain itu, meskipun berada di Kota Yogyakarta, TPK juga kerap mengalami  kesulitan menjangkau medan rumah pendamping. Lokasinya yang naik turun jadi tantangan bagi TPK dalam melakukan edukasi.

 

"Ada di Bantaran Sungai Winongo, yang letaknya naik turun medannya, untuk lewat tetangga sebelah itu kita harus masuk lewat dapur tetangga," ungkapnya.

 

Sementara itu perwakilan dari unsur PKK, Swasti Prana Wijayawati Santoso mengatakan bahwa kesan pertamanya saat melakukan pendampingan edukasi stunting begitu shock. Dirinya tak menyangka adanya anak-anak yang stunting di tengah Kota Yogyakarta.

 

"Saya nggak membayangkan ama sekali, ini di kota lho, di tengah kota, kok ternyata ada kondisi yang sedemikian rupa yang membuat shock itu tadi," tuturnya.

 

Dirinya juga mendapati anak usia sekolah yang sudah memiliki bayi. Pada saat  pendampingan, anak tersebut menyerahkan bayinya kepada TPK, sedangkan si anak sibuk bermain game online Mobile Legend. Selain itu, TPK juga kerap kali kebingungan saat akan melakukan pendampingan karena kondisi rumahnya yang sempit.

 

Tantangan lainnya yang juga ia temui yakni masih adanya orang tua yang tidak mau membawa anaknya ke tempat rujukan. TPK juga kerap kali menemukan orang tua yang tidak mau anaknya diberi makanan tambahan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement