REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Hampir seluruh wilayah Cianjur termasuk Desa Gasol terkena dampak yang sangat parah akibat gempa berkekuatan M 5,6 pada November 2022 lalu. Gempa, membuat rumah warga, jalanan, masjid, hingga fasilitas umum lainnya hancur. Warga pun terpaksa menghentikan aktivitasnya sementara untuk pemulihan, baik dari segi infrastrukturmaupun trauma pasca-bencana.
Di bulan ramadhan beberapa tahun ini, aktivitas warga tidak seramai sebelum bencana gempa bumi melanda. Hal itu terjadi, karena tidak adanya fasilitas ibadah yang memadai untuk warga bertadarus dan taraweh.
Oleh karena itu, YPM Salman ITB, Wakaf Salman, dan Rumah Amal Salman membangun Masjid Serambi Salman, Desa Gasol, Kab Cianjur yang telah diresmikan belum lama ini.
"Dengan bantuan para Wakif atau donatur melalui Wakaf Salman dan Rumah Amal Salman, Masjid yang baru saja rampung dibangun tersebut merupakan sebuah upaya bersama dalam membangkitkan kembali semangat beribadah warga pasca-gempa bumi," ujar General Manager Wakaf Salman, Bayu Rian, Selasa (12/3/2024)
Bayu menjelaskan, pada Juni 2023 lalu, YPM Salman ITB bersama Wakaf Salman dan Rumah Amal Salman berupaya untuk membangun kembali satu Masjid yang runtuh, di Desa Gasol, Kab Cianjur. Selama kurang lebih 8 bulan pembangunan, akhirnya Masjid Serambi Salman pun selesai dibangun. Serta, siap untuk digunakan kembali sebagai pusat aktivitas dan produktifitas warga.
“Tepat satu tahun lalu, YPM Salman ITB bersama Wakaf Salman dan Rumah Amal Salman berinisiasi untuk membangun Masjid Serambi Salman. Harapannya, ketika Ramadhan mendatang, masyarakat bisa memeriahkan dan memakmurkan Masjid ini sehingga masyarakat bisa tumbuh beraktivitas kembali melalui Masjid ini," paparnya.
Menurutnya, sekitar 218 wakif atau donatur telah berkontribusi dalam pembangunan Masjid Serambi Salman ini. Antusiasme para donatur dimulai sejak pertama kali bencana gempa bumi melanda Cianjur. Selang beberapa waktu setelah rencana pembangunan Masjid tersebut diumumkan oleh Wakaf Salman, donatur pun semakin banyak yang berdonasi. “Masjid ini merupakan landmark pemulihan, sama halnya dengan di Lombok dan Palu. Kami bekerjasama dengan arsitektur ITB mencari bentuk, struktur, dan material yang sesuai dengan titik lokasi bencana, juga dengan jumlah donasi yang kami himpun," kata Ketua Umum Rumah Amal Salman Mipi Ananta Kusuma.
Masjid Serambi Salman, kata dia, memiliki teknologi yang lebih kuat untuk menahan gempa. Dengan ukuran 15x15 meter dan luas dalam 13x13 meter. Masjid ini bisa menampung sekitar 300 orang jemaah di dalamnya. Material yang digunakan pun berbasis bambu, namun dengan desain yang tak seperti Masjid pada umumnya, yaitu tanpa kubah.
Imas Masliah, salah seorang Desa Gasol, mengungkapkan kegembiraannya dengan dibangunnya Masjid Serambi Salman dibangun. “Saya merasa sedih dan nelangsa pada saat bencana gempa berlangsung. Warga terpaksa harus menghentikan aktivitas kesehariannya di Masjid, karena sesaat gempa mengguncang Desa kami, Masjid di sini pun hancur seketika,” kata Imas.
Imas berharap adanya Masjid Serambi Salman bisa membayar kerinduan warga sekitar akan kemeriahan suasana Ramadhan. Karena, pada tahun-tahun sebelumnya aktivitas warga saat Ramadhan tidak seramai sebelum bencana gempa bumi melanda akibat tidak adanya fasilitas ibadah yang memadai untuk warga bertadarus dan taraweh.