Rabu 13 Mar 2024 21:04 WIB

Kemiskinan Meningkat, Argentina Diminta Alokasikan Dana untuk Perlindungan Anak

Tingkat kemiskinan di Argentina mencapai 57 persen pada 2023.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Siswa bermain sepak bola di Huancar, Provinsi Jujuy, Argentina, Selasa, 25 April 2023. Dana Anak PBB (UNICEF) mengatakan tingkat kemiskinan anak Argentina dapat mencapai 70 persen pada kuartal pertama tahun ini kecuali bila ada perubahan arah.
Foto: AP Photo/Rodrigo Abd
Siswa bermain sepak bola di Huancar, Provinsi Jujuy, Argentina, Selasa, 25 April 2023. Dana Anak PBB (UNICEF) mengatakan tingkat kemiskinan anak Argentina dapat mencapai 70 persen pada kuartal pertama tahun ini kecuali bila ada perubahan arah.

REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Dana Anak PBB (UNICEF) mengatakan tingkat kemiskinan anak Argentina dapat mencapai 70 persen pada kuartal pertama tahun ini kecuali bila ada perubahan arah. Laporan UNICEF ini mencerminkan tingginya inflasi, melemahnya pertumbuhan dan penghematan yang memukul keras negara Amerika Latin itu.

Dalam laporannya UNICEF mengatakan tingkat kemiskinan dapat meningkat cepat dari 57 persen pada akhir tahun lalu. Kemiskinan ekstrem dapat mencapai 34 persen naik dari 19,4 persen. Lembaga PBB itu mendorong pemerintah lebih banyak mengalokasikan anggaran untuk melindungi kesejahteraan anak-anak.

Baca Juga

"Bila tren saat ini terus berlanjut, prevalensi kemiskinan pada anak-anak dan remaja pada kuartal pertama tahun 2024 akan mencapai angka sekitar 70 persen,” kata Pakar Inklusi dan Pemantauan Sosial UNICEF Sebastian Waisgrais, Selasa (13/3/2024).

"Hal itu akan berdampak pada kesejahteraan mereka saat ini dan jangka panjang," tambahnya.

Presiden Argentina yang baru Javier Milei sudah mendorong langkah-langkah penghematan untuk mengatasi defisit fiskal yang mendalam, membangun kembali cadangan devisa dan menstabilkan ekonomi. Tapi langkah tokoh libertarian ini akan mengorbankan pertumbuhan dan mendorong kemiskinan.

Milei yang berkuasa pada Desember lalu juga mewarisi inflasi yang mencapai di atas 250 persen, salah satu inflasi tertinggi di dunia. Inflasi ini melemahkan nilai tabungan dan pendapatan rakyat.

Laporan tersebut menandai sinyal peringatan yang mengatakan pemotongan anggaran tampaknya juga akan berdampak pada inisiatif dan program kesejahteraan yang bertujuan untuk melindungi anak-anak.

"Menyadari sepenuhnya pembatasan fiskal yang dihadapi negara, UNICEF meminta agar anak-anak dan remaja diprioritaskan," kata Waisgrais.

"Kami meminta agar investasi pada kebijakan-kebijakan yang sensitif ini diprioritaskan agar kemiskinan tidak terus meningkat," tambahnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement