REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Berprasangka baik kepada Allah SWT merupakan wujud ketakwaan seorang Muslim. Yakin bahwa apa yang dialaminya, misalnya sedang dilanda kesulitan atau kesengsaraan, merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada dirinya.
Segala kesulitan sejatinya dapat menemukan solusinya atas pertolongan Allah SWT. Ketika seorang hamba terus-menerus berpikir negatif, maka itu pula sangkaannya kepada Allah SWT. Karena itu, dibutuhkan prasangka baik atau husnudzon kepada Allah SWT.
Berikut hadits tentang pentingnya berprasangka baik kepada Allah SWT:
عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعاً: «قال الله عز وجل : أنا عند ظنِّ عَبدي بي، وأنا معه حيث يَذكُرني، والله، لَلَّه أَفرَحُ بِتَوبَةِ عَبدِهِ مِنْ أَحَدِكُم يَجدُ ضَالَّتَهُ بالفَلاَة، وَمَنْ تَقَرَّب إِلَيَّ شِبْرًا، تقرَّبتُ إليه ذِرَاعًا، ومن تقرب إلي ذِراعًا، تقربت إليه بَاعًا، وإذا أَقْبَلَ إِلَيَّ يمشي أَقْبَلْتُ إِلَيهِ أُهَرْوِلُ». متفق عليه
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Allah 'Azza wa Jalla berfirman, 'Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Demi Allah, Allah lebih senang dengan taubat hamba-Nya daripada seorang dari kalian yang menemukan barangnya yang hilang di padang pasir. Siapa mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku mendekat kepadanya satu hasta. Siapa yang mendekati-Ku satu hasta, Aku mendekatinya satu depa. Jika ia datang menghadap sambil berjalan, Aku datang kepadanya sambil berlari kecil'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hendaknya seorang Muslim menyadari, apapun yang terjadi pada hidupnya akan selalu baik jika disikapi dengan prasangka baik. Apa yang diprasangkakan, maka itulah yang terjadi dalam hidup. Ketika seorang Muslim selalu berbaik sangka kepada Allah SWT, maka kebaikanlah yang terjadi. Kalau berprasangka buruk maka keburukan yang terjadi.
Anggota Fatwa Dar Al-Ifta Mesir Syekh Ahmad Wissam mengingatkan, rahmat Allah itu luas. Ketika seorang Muslim ikhlas dalam niatnya, maka Allah SWT akan semakin membukakan pintu penerimaan dan kemuliaan dalam memenuhi kebutuhan seorang hamba.
Sering kali rasa frustasi disertai keyakinan bahwa rahmat Allah tidak akan diberikan padanya, dan merasa bahwa azab akan mengarah kepadanya seperti orang-orang kafir. Inilah yang menjadi bentuk prasangka buruk kepada Allah SWT.
Padahal sejatinya Islam tidak mengajarkan tentang keputusasaan dari rahmat Allah SWT. Juga dilarang untuk putus asa karena kemiskinan, sulit memenuhi kebutuhan, atau musibah. Justru Nabi SAW memberi pesan agar dalam kondisi apapun tidak putus asa. Sebagaimana hadits berikut ini:
عن حبة، وسواء، ابني خالد، قالا : دخلنا على النبي صلى الله عليه وسلم وهو يصلح شيئا فأعناه، فقال: " لا تأيسا من الرزق ما تهززت رءوسكما، فإن الإنسان تلده أمه أحمر ليس عليه قشرة، ثم يرزقه الله عز وجل "
Diriwayatkan dari Habbah dan Sawa (dua putra Khalid), mereka berkata, "Kamu datang menemui Nabi Muhammad SAW ketika beliau sedang memperbaiki sesuatu. Kami pun membantunya. Lalu beliau bersabda, 'Janganlah kalian putus asa dari rezeki, selama kalian masih hidup. Sesungguhnya manusia dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merah tanpa rambut, kemudian Allah memberinya rezeki.'" (HR. Ahmad dalam Musnadnya)