Jumat 29 Mar 2024 09:01 WIB

Gerakan Boikot Produk Pro-Israel Jadi Berkah Bagi Investasi Halal 

Perang Israel di Gaza mengubah pola pikir investor.

Red: Ferry kisihandi
Boikot produk Israel (ilustrasi).
Foto: muslimvillage.com
Boikot produk Israel (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Ekonomi halal kini mengalami perkembangan pesat. Permintaannya terus naik yang melahirkan kesempatan berinvestasi sesuai aturan syariat. Gerakan boikot produk pro-Israel terkait perang Israel di Gaza juga berimbas pada kian moncernya investasi halal. 

Apa sebenarnya investasi halal itu? ‘’Investasi halal pada dasarnya mengelola uang dan keuangan Anda sesuai dengan keyakinan Anda,’’ ujar Omar Shaikh, direktur Islamic Finance Council UK seperti dilansir laman berita Aljazirah, Kamis (28/3/2024). 

Baca Juga

Ekonomi halal global diperkirakan mencapai nilai pasar 7,7 triliun dolar AS pada 2025. Angka tersebut lebih dari dua kali lipat yang dicapai pada 2015 yakni 3,2 triliun dolar AS, juga lebih tinggi dibandingkan tiga capaian 2021 yang mencapai 5,7 triliun dolar AS. 

Laporan Goldman Sachs yang dipublikasikan pada Desember 2022 memprediksi pada 2075 lima dari sepuluh kekuatan ekonomi dunia yaiyu India, Indonesia, Nigeria, Pakistan, dan Mesir kelak mempunyai populasi Muslim lebih dari 850 juta jiwa. 

Kian meningkatnya populasi Muslim maka semakin naik pula permintaan atas produk keuangan. 

Merujuk The State of the Global Islamic Economy Report 2023 yang dirilis oleh lembaga penelitian DinarStandard, sebanyak 25,9 miliar dolar AS diinvestasikan dalam jenis investasi syariah pada 2022-2023 atau tumbuh 128 persen year on year. 

‘’Secara umum, investasi halal naik. Semakin banyak orang terdidik dan sadar dampak dolar yang mereka miliki pada lansekap sosioekonomi global,’’ ujar Siddiq Farid, salah satu pendiri SmartCrowd, platform investasi real estate yang berbasis di Dubai. 

Dan akhir-akhir ini, kenaikan permintaan terhadap investasi halal mendapatkan dorongan tambahan, yaitu dari gerakan boikot konsumen terhadap merek-merek yang dianggap mendukung Israel dan perang Israel di Gaza. 

Perang yang menyebabkan 32 ribu orang lebih warga sipil Palestina meninggal dunia akibat serangan Israel di Gaza tersebut, ujar Farid, mengubah pola pikir investor. Membuat banyak orang kemudian menanamkan uangnya di investasi halal. 

‘’Investasi halal meningkat dan mengalami akselerasi lebih jauh dalam enam bulan terakhir, kebanyakan di antara generasi milenial dan mereka yang berusia di bawah 40 tahun,’’ kata Farid. Di masa lalu, tamba dia, orang-orang hanya mencari sesuatu yang halal. 

Artinya, sepanjang itu tidak haram maka diambil. Ini bagus. Namun sekarang, ungkap dia, ada kesadaran lebih di antara mereka yaitu tak hanya memilih yang halal tetapi pilihan halal ini dikaitkan dengan nilai dan keyakinan.

‘’Gerakan boikot membuat lebih banyak orang lebih sadar bahwa ada suatu produk yang mungkin halal tetapi mungkin sebenarnya tak dibutuhkan tetapi kemudian disangkutpautkan dengannya atau berinvestasi pada produk tersebut,’’ kata Farid. 

Boikot produk pro-Israel menjadi perlawanan masyarakat dunia terhadap Israel dan mereka yang mendukung operasi militer Israel di Gaza. Sejumlah negara Muslim melakukan boikot dan menggantinya dengan produk asal negara Muslim lain atau non-Barat. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement