Selasa 02 Apr 2024 14:02 WIB

Klarifikasi Yusril Soal Penyataan 'Andaikan Saya Gibran' dalam Sidang Sengketa Pilpres

Yusril menilai kuasa hukum Ganjar-Mahfud mengutip makna pendapat itu dengan salah.

Rep: Febryan A/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua Tim Hukum Prabowo-Gibran Yusril Ihza Mahendra menghadiri sidang lanjutan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2024 di  Jakarta, Selasa (2/4/2024).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Tim Hukum Prabowo-Gibran Yusril Ihza Mahendra menghadiri sidang lanjutan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2024 di Jakarta, Selasa (2/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Tim Pembela Prabowo-Gibran, Yusril Ihza Mahendra, menyampaikan klarifikasi atas ucapan 'andaikan saya Gibran' yang dikutip oleh kuasa hukum Ganjar-Mahfud dalam sidang sengketa hasil Pilpres 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Selasa (2/4/2024). 

Momen itu terjadi persis ketika kuasa hukum Ganjar-Mahfud, Lutfi Yazid, selaku penggugat bertanya kepada ahli yang pihaknya hadirikan dalam persidangan tersebut, yakni Dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Aan Eko Widiarto. 

Baca Juga

Lutfi menyebut secara gamblang bahwa pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra pernah menyatakan putusan MK Nomor 90 cacat hukum secara serius, mengandung penyelundupan hukum, dan akan berdampak panjang.

Sebagai catatan, Putusan MK Nomor 90 diketahui mengubah syarat batas usia minimum capres-cawapres sehingga seseorang yang belum berusia 40 tahun asalkan pernah/sedang menjadi kepala daerah boleh menjadi capres-cawapres. Putusan itu dinilai membuka jalan untuk Gibran Rakabuming Raka (36 tahun) menjadi cawapres pendamping Prabowo.

"Sebab itu, Saudara Yusril mengatakan 'andaikan saya Gibran, maka saya akan meminta kepada dia untuk tidak maju terus pencawapresannya'. Saya mohon tanggapan dari saudara (Aan)," kata Lutfi.

Yusril langsung mengklarifikasi ucapan Lutfi itu dalam persidangan. Dia tak memungkiri pernah menyampaikan pendapat semacam itu, tapi Lutfi mengutipnya dengan salah.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement