REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Syariah Indonesia (BSI) menyambut baik akan lahirnya bank syariah beraset jumbo yang nantinya akan menjadi mitra tanding. Hal tersebut disampaikan Wakil Direktur BSI Bob Tyasika Ananta di Jakarta, Senin (1/4/2024) lalu.
Menurut dia, kelahiran pesaing baru akan memperkuat industri perbankan syariah di Indonesia. Diketahui penggabungan Unit Usaha Syariah Bank Tabungan Negara (BTN Syariah) dan Bank Muamalat akan menciptakan bank dengan aset hingga Rp 100 triliun.
"BSI jadi merasa punya ‘sparring partner’ (kalau) ada bank syariah lain yang sizeable. (Saat ini) semua tertumpu ke BSI, kalau kemudian ini mereka gabung menjadi bank yang cukup besar, maka kami punya sparring partner. BSI nomor satu dari segi aset. Nomor dua itu Muamalat dengan aset sekitar Rp 60 triliun," kata dia.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN Nixon LP Napitupulu mengungkapkan, proses merger yang sedang dilakukan Unit Usaha Syariah (UUS) BTN atau BTN Syariah dan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk akan rampung pada April ini. Pada bulan lalu, proses masih dalam due diligence. Diketahui, ada empat hal yang diperhatikan dalam proses due diligence, yakni portofolio keuangan, segala perjanjian hukum, teknologi dan kesiapan sumber daya manusia.
BTN telah menunjuk sekuritas, kantor akuntan publik (KAP), dan firma hukum terbesar di Indonesia untuk melakukan due dilligence. Diharapkan proses aksi korporasi ini akan rampung pada Oktober 2025. Aksi korporasi ini mau tidak mau harus dilakukan lantaran adanya persyaratan POJK nomor 12 tahun 2023 yang mewajibkan bank syariah harus spin off apabila jumlah asetnya telah mencapai Rp 50 triliun atau 50 persen dari total aset induk, dan harus diselesaikan selambat-lambatnya dua tahun.
Sepanjang 2023, BTN Syariah menorehkan kinerja gemilang dengan berhasil membukukan laba bersih Rp 702,3 miliar. Jumlah tersebut melesat 110,5 persen dibandingkan perolehan laba bersih tahun sebelumnya sebesar Rp 333,6 miliar.
Kinerja gemilang dari sisi penyaluran pembiayaan dan perolehan DPK tersebut, telah membuat posisi aset BTN syariah mengalami lonjakan sebesar 19,79 persen menjadi Rp 54,3 triliun pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 45,3 triliun.