Oleh : Prof Ema Utami (Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Amikom Yogyakarta)
REPUBLIKA.CO.ID, Praja Muda Karana atau yang lebih dikenal dengan akronim Pramuka menjadi salah satu buah bibir di masyarakat dalam beberapa hari ini. Adanya Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 12 tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah yang ditetapkan pada tanggal 26 Maret 2024 berkaitan dengan ramainya pembicaraan masyarakat tentang Pramuka tersebut.
Di dalam Peraturan Mendikbudristek tersebut selain aturan pada bidang ekstrakurikuler secara umum, juga mengatur perubahan kurikulum pada tingkat PAUD, dasar, dan menengah, yang diberi nama Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka didefinisikan sebagai kurikulum yang memberi fleksibilitas dan berfokus pada materi esensial untuk mengembangkan kompetensi peserta didik sebagai pelajar sepanjang hayat yang berkarakter Pancasila.
Tidak dimungkiri bahwa perubahan kurikulum pada satuan tingkat pendidikan, seperti Kurikulum Merdeka yang menggantikan Kurikulum 2013 merupakan sebuah hal yang tidak dapat dielakkan. Transformasi kurikulum menjadi salah satu mekanisme untuk menyesuaikan atau beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi, termasuk ekstrakurikuler Pramuka yang semula merupakan kegiatan wajib bagi siswa menjadi sukarela dalam Kurikulum Merdeka ini.
Kegiatan atau gerakan Pramuka pada zaman saya sekolah dulu berisi kegiatan yang berkaitan dengan kemahiran hidup yang sesuai dengan keadaan pada waktu itu, seperti perkemahan, jurit malam, lintas alam, tali-temali, pengenalan sandi morse, sandi rumput, dan lain sebagainya. Berbagai kegiatan tersebut tentu banyak membantu dalam kemahiran hidup dan memiliki relevansi yang kuat dengan kehidupan di era-era tertentu, khususnya di zaman Robert Baden-Powel, bapak Pramuka dunia. Walau dipastikan berbagai kegiatan tersebut telah mengalami penyesuaian dengan perkembangan zaman, namun tampaknya banyak siswa yang semakin berkurang minatnya dengan kegiatan ekstrakurikuler ini.
Tidak dimungkiri bahwa perubahan zaman membawa tuntutan penyesuaian dalam banyak hal, termasuk kecakapan atau kemahiran yang harus dimiliki seseorang. Di era digital saat ini tentu semakin banyak hal yang harus dikuasai seseorang untuk mampu beradaptasi. Bagi pendidik dan peserta didik, baik di semua tingkat pendidikan tentu kemampuan literasi, khususnya literasi digital menjadi penting untuk dimiliki dan dikuasai. Meningkatkan literasi terhadap minat bakat yang dimiliki mutlak harus dilakukan. Dengan demikian menemukan minat dan bakat yang menjadi keunikan diri masing-masing pribadi dan kemudian mengembangkannya menjadi tugas bersama yang harus dipikul bersama antara pendidik dan peserta didik.
Bagi mahasiswa S1 sebagai peserta didik di tingkat pendidikan tinggi saat sudah menentukan untuk studi lanjut, baik jenjang S2 ataupun S3 maka memiliki kemampuan dalam merancang, menjalankan, dan menuliskan penelitian menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki. Dengan demikian dorongan untuk melakukan berbagai kegiatan tersebut harus terus digelorakan, baik oleh diri sendiri maupun civitas academica yang lain.
Universitas Amikom Yogyakarta yang memiliki Program Studi Magister Informatika dan Doktor Informatika juga terus berupaya meningkatkan kemampuan dalam bidang penelitian tersebut. Salah satunya adalah secara rutin menyelenggarakan kegiatan Predoctoral Bootcamp sebagai wadah bagi calon mahasiswa S3 untuk mempersiapkan proposal disertasi. Program Studi S3 Informatika dalam waktu dekat kembali akan yang melaksanakan kegiatan ini pada tanggal 30 April 2024 mendatang yang pendaftarannya bisa melalui links.id/predoctoralbootcamp.
Kegiatan yang berupa pendampingan penyusunan proposal disertasi tersebut diharapkan mampu membantu calon mahasiswa S3 untuk merancang dan menuliskan rencana penelitian yang akan dilakukan saat studi lanjut. Kemauan dan kemampuan literasi baca-tulis tentu menjadi mutlak diperlukan bagi mereka yang sudah meniatkan diri untuk studi lanjut S3 agar dapat menemukan celah perbaikan dari penelitian-penelitian setopik sebelumnya.
Ayat ke 45-46 dari surat Al-Furqan dapat menjadi pendorong bagaimana memperhatikan penelitian terdahulu untuk mendapatkan metode, variabel, dan berbagai sumber lain yang mendukung penelitian tersebut, "Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu,kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada kami dengan tarikan yang perlahan-lahan." Wallahu a’lam.