Jumat 12 Apr 2024 18:54 WIB

Muncul Emoji Bendera Palestina, Apple: Kami akan Perbaiki ‘Bug’ 

Kasus Apple mencuatkan kembali perdebatan hak atas Yerusalem.

 Warga melintas di depan logo Apple pada Apple Store, New York, AS pada 4 Maret 2024.
Foto: EPA-EFE/JUSTIN LANE
Warga melintas di depan logo Apple pada Apple Store, New York, AS pada 4 Maret 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Raksasa teknologi, Apple menyatakan terdapat kesalahan dalam software atau perangkat lunak mereka. Kejadian ini membuat  sejumlah pengguna saat mengetik kata ‘Yerusalem’ mendapati bendera Palestina di perangkat yang mereka gunakan. 

‘’Kami akan memperbaiki ‘bug’ yang merekomendasikan untuk memunculkan  emoji bendera Palestina ketika pengguna iPhone mengetikkan ‘Yerusalem’ saat mereka mengetikkan pesan,’’ demikian Apple  seperti dilansir laman berita Aljazirah, Jumat (12/4/2024). 

Baca Juga

Pada Kamis (11/4/2024) Apple  menyatakan terdapat kesalahan dalam pembaruan terakhir sistem operasi iPhone, iOS mereka yang ada di sejumlah perangkat pengguna. Mereka menegaskan, ini bukanlah hal yang disengaja. 

Kemunculan emoji bendera Palestina, tak terjadi di semua perangkat pengguna. Konsumen iPhone di AS, misalnya, menurut pihak Apple tak ada yang melaporkan munculnya emoji bendera Palestina setelah mengetikkan ‘Yerusalem’.

Isu ini, menurut Apple, berhubungan denan fitur yang disebut ‘predictive emoji’. iPhones bisa menghadirkan emoji saat pengguna mengetikkan sejumlah kata di layanan pesan dan aplikasi lainnya. Pembaruan sistem operasi ini termasuk emoji-emoji baru. 

Presenter televisi Inggris, Rachel Riley Riley yang seorang Yahudi melaporkan versi terbaru sistem operasi iPhone-nya memunculkan bendera Palestina waktu ia mengetikkan ‘Yerusalem’ yang ia anggap sebagai ibu kota Israel.

‘’Menunjukkan standar ganda dengan menghormati Israel adalah bagian dari anti-Semit, bentuk rasisme terhadap orang-orang Yahudi. Tolong jelaskan apakah ini sengaja atau Anda tak punya kendali atas para pemrogram Anda,’’ katanya seperti dikutip laman berita BBC

Kasus ini juga mencuatkan kembali perdebatan mengenai hak atas Yerusalem sebagai ibu kota, apakah Palestina atau Israel. Palestina menegaskan Yerusalem merupakan ibu kota negara saat mereka merdeka dari penjajahan kelak. 

PBB dan mayoritas komunitas internasional menilai Yerusalem bagian dari Tepi Barat yang merupakan wilayah Palestina yang kini diduduki Israel. Pendudukan Israel atas wilayah tersebut melanggar hukum internasional. 

Komunitas internasional menyerukan agar mengakui secara resmi negara Palestina dengan batas-batas negara pada 1967, di mana Yerusalem Timur sebagai ibu kota. Mereka mendesakkan ini sebagai bagian dari solusi dua negara. 

Tahun lalu, kejadian hampir senada menimpa Meta. Mereka menyampaikan permintaan maaf setelah sebuah ‘bug’ menambahkan kata ‘teroris’ pada biografi pengguna media sosial Instagram yang mengidentifikasi dirinya sebagai warga Palestina. 

Di sisi lain, sejak bermulanya perang di Gaza, para pengguna yang pro-Palestina menghadapi pembatasan secara daring  oleh perusahaan-perusahaan teknologi raksasa. Termasuk mereka mengalami penyensoran dan pelarangan. 

Terkait konflik Rusia-Ukraina, pada 2019 Apple Maps menggambarkan Krimea sebagai bagian dari Rusia. Kejadian melahirkan kritik dan perdebatan mengenai wilayah yang dianeksasi Rusia itu. Tiga tahun kemudian, yaitu 2022, Apple Maps melakukan perubahan. 

Dalam peta itu, status Krimea menjadi milik Ukraina tetapi hanya muncul di perangkat pengguna yang berada di luar Rusia. 

 

sumber : AP/Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement