REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China meminta pihak terkait untuk menahan diri setelah terjadinya serangan udara Garda Revolusi Iran menggunakan pesawat nirawak (drone) dan rudal untuk menyerang wilayah Israel pada Sabtu (13/4/2024) malam WIB.
"China menyatakan keprihatinan mendalam atas eskalasi yang terjadi saat ini dan menyerukan kepada pihak-pihak terkait untuk bersikap tenang dan menahan diri untuk mencegah eskalasi lebih lanjut," demikian disampaikan melalui keterangan tertulis Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China dalam laman resminya yang diakses dari Beijing pada Ahad (14/4/2024).
Baca: TNI AU dan RAJF Berhasil Kirim Bantuan ke Gaza Lewat Airdrop
Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC) menyatakan, militer menembakkan puluhan drone dan rudal ke arah Israel pada Sabtu, sebagai tanggapan atas “banyak kejahatan” yang dilakukan Israel, termasuk serangan pada 1 April terhadap bagian konsuler Kedutaan Besar Iran di Damaskus, Suriah.
"Situasi yang sedang berlangsung ini merupakan dampak terbaru dari konflik Gaza. Seharusnya tidak ada lagi penundaan dalam implementasi Resolusi Dewan Keamanan PBB 2728 dan konflik harus diakhiri sekarang juga," menurut pernyataan tersebut.
Baca: Turki dan UAE Paling Banyak Sumbang Bantuan untuk Gaza, Palestina
China pun menyerukan kepada komunitas internasional, terutama negara besar untuk memainkan peran konstruktif bagi perdamaian dan stabilitas kawasan. Serangan udara Israel pada 1 April terhadap fasilitas diplomatik Iran di Damaskus menewaskan sedikitnya tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam Iran, termasuk dua jenderal tertinggi.
Iran menuding Israel melakukan serangan itu, dan berjanji untuk membalasnya. Namun, Tel Aviv belum secara resmi mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi selama berbulan-bulan mereka telah melakukan beberapa serangan terhadap sasaran Iran di Suriah.
Baca: Tegang, Polisi Ekuador Paksa Masuk Kedubes Meksiko di Quito
Iran dan Hizbullah, sekutu utamanya di Lebanon, mengatakan serangan itu tidak akan dibiarkan begitu saja. Serangan tersebut mengakibatkan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) akan mengadakan pertemuan pada Ahad waktu setempat, atas permintaan Israel.