Jumat 26 Apr 2024 17:08 WIB

Elite PDIP: Arah Politik Parpol di Tangan Megawati

Arah politik PDIP pascaputusan MK hingga kini belum diputuskan.

Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri mencoblos untuk Pemilu 2024 di TPS 53, Kebagusan, Jakarta, Rabu (14/2/2024).
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri mencoblos untuk Pemilu 2024 di TPS 53, Kebagusan, Jakarta, Rabu (14/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP PDI Perjuangan Said Abdullah mengatakan arah politik partai berlambang banteng moncong putih pascaputusan Mahkamah Konstitusi berada di tangan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Hal ini disampaikan Said untuk merespons pernyataan pengamat politik Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi Kusman yang melihat ada peluang kerja sama antara PDI Perjuangan dengan Prabowo Subianto selaku presiden terpilih pada Pilpres 2024.

"Atas masukan itu tentu akan menjadi pertimbangan jajaran DPP Partai, khususnya Megawati Soekarnoputri, sebab kewenangan tentang arah politik PDI Perjuangan ditentukan oleh ibu ketua umum," ujar Said dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (26/4/2024).

Baca Juga

Menurutnya, Presiden Kelima RI itu juga akan mendapatkan masukan dari jajaran partai dan lintas tokoh. Selain itu, Said menyebutkan ada dua agenda internal dan eksternal untuk meningkatkan kualitas demokrasi elektoral yang harus ditempuh oleh PDI Perjuangan ke depan.

Terkait agenda internal PDI Perjuangan yang perlu ditingkatkan adalah peningkatan kualitas kader partai di semua tingkatan lewat kaderisasi berjenjang, memantapkan konsolidasi ideologi, organisasi, program, sumber daya dan kader. Lebih lanjut, dia menyebut agenda eksternal lebih banyak lagi langkah-langkah yang diperlukan.

Pertama, mengevaluasi total atas pelaksanaan pemilu legislatif dan eksekutif, khususnya atas pelaksanaan Pemilu 2024 sebagai titik pijak perubahan atas Pemilu 2029 agar proses demokrasi elektoral berjalan lebih berkualitas. “Evaluasi atas pelaksanaan Pemilu 2024 setidaknya telah dituangkan dalam sikap politik DPP PDI Perjuangan tertanggal 22 April 2024,” katanya.

Kedua, praktik pemilu yang transaksional, membuat ongkos politik menjadi sangat mahal. Mereka yang lulus elektoral membutuhkan biaya politik yang besar, akibatnya tidak semua kader PDI Perjuangan yang ideologis dan memahami karakter dan watak kepartaian bisa menghadapi keadaan ini.

Oleh sebab itu, sambung Said, PDI Perjuangan tidak surut untuk memperjuangkan pemilu dengan proporsional tertutup yang dibarengi dengan reformasi partai politik yang lebih modern, meletakkan kaderisasi sebagai merit politik. Ketiga, kebersamaan atau gotong royong seperti yang ditegaskan oleh Airlangga Pribadi adalah cerminan jiwa bangsa.

“Dengan gotong royong, kita bisa melalui pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi lebih kuat. Hal itu pelajaran penting buat kita sebagai bangsa,” jelas Said.

Keempat, mengajak semua elemen bangsa, terutama para pemangku kepentingan strategis pada pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak November 2024 mendatang untuk menjaga demokrasi elektoral lebih baik dari pemilu. Dengan demikian, pilkada ke depan tidak digantikan dari pertarungan gagasan dan rekam jejak menjadi pertarungan uang dan kekuasaan.

"Kita harus letakkan pilkada sebagai modal rekrutmen berjenjang kepemimpinan nasional. Oleh sebab itu kita membutuhkan proses itu berjalan berkualitas," tutupnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement