Rabu 01 May 2024 12:49 WIB

Mengunjungi Peternakan Sapi Berteknologi 5G di Shandong, China

Sapi-sapi juga mendapatkan fasilitas "musik", dan alat pijat otomatis.

Pekerja mencoba jaringan 5G di XL Center Medan, Sumatra Utara, Rabu (8/9/2021). PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) memperkenalkan sekaligus sosialisasi ketersediaan jaringan 5G di Medan sebagai salah satu tahapan persiapan untuk menggelar 5G secara komersial dan masif nantinya.
Foto: ANTARA/Fransisco Carolio
Pekerja mencoba jaringan 5G di XL Center Medan, Sumatra Utara, Rabu (8/9/2021). PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) memperkenalkan sekaligus sosialisasi ketersediaan jaringan 5G di Medan sebagai salah satu tahapan persiapan untuk menggelar 5G secara komersial dan masif nantinya.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- CEO Tesla Elon Musk pernah berkata, "Orang sering salah mengerti teknologi sebagai gambar statis, padahal teknologi lebih tepat seperti film, yang terpeting adalah kecepatan inovasi teknologi. Ada akselerasi di sana".

Kecepatan teknologi tersebut jugalah yang setidaknya diterapkan di Kabupaten Yangxin, Provinsi Shandong, China bagian timur, khususnya di peternakan sapi pedaging. Provinsi Shandong adalah daerah penghasil daging sapi berkualitas tinggi di China.

Baca Juga

Salah satu daerah peternakan utama di Shandong adalah Kabupaten Yangxin, dengan luas sekitar 793 kilometer persegi dan populasi penduduk 470 ribu orang. Di daerah tersebut, terdapat 136 peternakan sapi potong dan 76 perusahaan rumah potong hewan, 429 perusahaan pengolahan daging sapi dan 16 perusahaan produksi pupuk organik.

Total produksi tahunan sapi potong dari Yangxin sebanyak 280.000 ekor sapi, dengan kapasitas penyembelihan 1,2 juta ekor per tahun. Beberapa jenis sapi yang dipelihara di lokasi itu adalah Bohai Black sebagai produk unggulan, kuning Luxi, Girolando, Simmental maupun Aberdeen Angus.

Industri daging sapi pun menyumbang 12 persen terhadap pendapatan Kabupaten Yangxin setiap tahunnya. Ada sekitar 120 ribu orang yang bekerja di industri terkait sapi. Artinya ada satu dari empat orang penduduk Yangxin bekerja di bidang tersebut.

Saat ini, daging sapi Yangxin dikirim ke berbagai kota di China. Daging sapi Yangxin menguasai 30 persen pangsa pasar Beijing dan 50 persen pangsa pasar daging sapi Tianjin, dengan nilai produksi tahunan sekitar RMB 60 miliar (sekitar Rp 134,6 triliun), menempatkannya di posisi teratas nasional sebagai daerah penyuplai daging sapi.

Peternakan Sapi 5G

Bagaimana kabupaten tersebut dapat menghasilkan daging sapi dalam jumlah banyak dan diminati pasar? Salah satu jawabannya adalah dengan penggunaan teknologi, termasuk teknologi 5G.

"Kami menggunakan tag telinga elektronik untuk mengidentifikasi setiap sapi, tanda-tanda fisiknya maupun informasi perilaku mereka. Kami juga menggunakan perangkat penginderaan terkomputerisasi untuk membantu menyesuaikan lingkungan pengembangbiakan," kata peternak senior dari perusahaan Yangxin Yiliyuan Halal. Meat Co., Ltd Sun Yuqin, di Yangxin, Provinsi Shandong, China, Ahad (28/4/2024).

Yuqin menyebut, industri ternak sapi di Yangxin sudah dimulai sejak 1949, namun penggunaan teknologi yang bekerja sama dengan perusahaan Huawei, juga asal China, baru dimulai pada sekitar 2020. "Termasuk juga penggunaan sistem dapur cerdas untuk pemberian pakan ternak terpusat, sehingga pakan untuk sapi, sesuai dengan jenis, sistem reproduksi, usia, maupun berat badan sapi," kata Sun Yuqin.

Ia lalu memperlihatkan empat layar raksasa yang masing-masing layar terdiri dari 9 panel untuk menunjukan penggunaan big data secara real time, mulai dari urutan indukan sapi, jenis pakan, vaksin yang diberikan, suhu, bahkan pengiriman sapi yang dipotong. Terdapat pula tampilan CCTV masing-masing kandang sapi, dengan total ternak mencapai lebih dari 5.000 ekor sapi.

Sapi-sapi itu juga mendapatkan fasilitas "musik", alat pijat otomatis, pengatur suhu, hingga alkohol yang dicampur ke pakan. Tujuan dari semua fasilitas itu adalah agar sapi dapat memiliki lebih banyak lemak.

Menurut Sun Yuqin, satu ekor sapi Bohai Black berkualitas tinggi, harganya dapat mencapai 200 ribu RMB atau sekitar Rp 448 juta. Dengan berbagai kecanggihan teknologi itu, Yuqin mengatakan perusahaan hanya mempekerjakan 10 orang pegawai di lapangan, termasuk dokter hewan, orang yang mengurus pakan maupun keperluan lainnya, karena hampir semua kebutuhan sapi sudah terpenuhi menggunakan teknologi.

Tidak ketinggalan ada juga laboratorium bioteknologi untuk pengembangan anakan sapi berkualitas. Laboratorium itu diklaim mengembangkan "Commercial Embryo Engineering Technology System" maupun "Follicle-Stimulatiing Hormone Biosynthesis" yang juga bekerja sama dengan Chinese University of Hong Kong.

"Kami membangun platform big data cerdas pertama di negara ini untuk membentuk industri daging sapi yang berkelanjutan, sekaligus membangun laboratorium pembiakan biologis," ucap Yuqin.

Rumah Jagal Cerdas

Selain peternakan sapi "pintar", di Yangxin, terdapat juga perusahaan rumah jagal, yaitu Yangxin Huasheng Halal Meat Co., Ltd. yang memotong daging sapi sekaligus melakukan penjualan melalui streaming. Sebagian besar daging sapi yang dipotong di rumah jagal itu dipasok ke perusahaan katering, sementara sebagian kecil dijual langsung ke konsumen melalui live streaming. 

"Kami rata-rata menyembelih lebih dari 200 sapi pedaging per hari," kata salah satu staf Huasheng, Feng Yuanshun. Menurut Yuanshun, melalui pemotongan yang tepat, satu ekor sapi dapat dibagi menjadi lebih dari 2.000 jenis produk.

Orang-orang yang menyembelih sapi, menurut Yuanshun, juga sebagian besar adalah orang Islam, karena Kabupaten Yangxin memiliki jumlah komunitas Muslim dari etnis Hui yang cukup besar.

"Jadi mereka (etnis Hui) mengatakan mereka sejak lama sudah beternak dan menyembelih sapi, dan kemudian perlahan-lahan membentuk industri besar," ungkap Yuanshun sambil menyebut daerah itu sudah melakukan penyembelihan sapi sejak 1988.

Dengan mengintegrasikan pengolahan pakan, pemeliharaan sapi potong, pemotongan sapi, logistik rantai dingin, hingga katering sapi potong, nilai penjualan produk perusahaan Huasheng dapat mencapai lebih dari 2 miliar RMB (sekitar Rp 4,4 miliar) pada 2023 dan berkontribusi untuk 500 orang penduduk desa yang bekerja dalam proses penyembelihan.

Daging sapi dari Yangxin dikirimkan ke 100 kota dan wilayah di China, termasuk juga ke jaringan restoran hot pot domestik terkenal, seperti Haidilao dan Seasonal Red Gold. Penggunaan teknologi, menurut Yuangshun, juga memampukan perusahaan untuk mengetahui satu potongan daging berasal dari sapi yang mana.

Selain daging, bagian lain sapi dari Yangxin juga dapat diolah, misalnya tulang-tulang sapi digunakan untuk pengganti gading gajah, sehingga dapat menjadi ornamen dan pahatan yang bisa berharga ribuan Yuan, bahkan menjadi gelas untuk minum teh. Sementara kulit sapi disuplai ke perusahaan kulit untuk sepatu para pasukan People Liberation Army (PLA) atau Tentara Nasional China.

Selanjutnya kotoran sapi dapat diolah sebagai pupuk organik, yang selain dijual juga digunakan di lahan perusahaan untuk menumbuhkan rumput sebagai pakan sapi. Perusahaan setidaknya mampu mengubah 240.000 metrik ton kotoran ternak menjadi 50 ribu ton pupuk organik, 200 ribu ton pupuk cair biogas dan 3 juta meter kubik gas alam setiap tahunnya.

Kabupaten Yangxin telah berhasil mengembangkan peternakan sapi modern yang dilengkapi dengan teknologi dan pada gilirannya juga memakmurkan masyarakat di daerah tersebut.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement