Senin 06 May 2024 11:06 WIB

Polisi tak Tangkap Pengunjuk Rasa Pro Palestina Saat Bongkar Tenda di USC  

Polisi sudah menangkap sekitar 2.000 orang selama gelombang unjuk rasa pro-Palestina.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
 A student walks by an entrance of USC (University of Southern California) in Los Angeles, California, USA, 12 March 2019. The USC is one of the universities allegedly involved in a large admissions bribery scandal spreading nationwide.
Foto: EPA-EFE/ETIENNE LAURENT
A student walks by an entrance of USC (University of Southern California) in Los Angeles, California, USA, 12 March 2019. The USC is one of the universities allegedly involved in a large admissions bribery scandal spreading nationwide.

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Jelang musim wisuda, unjuk rasa menentang perang Israel di Gaza terus berlanjut di seluruh universitas di Amerika Serikat (AS). Polisi tidak melakukan penangkapan saat membubarkan tenda-tenda protes pro-Palestina di kampus University of Southern California (USC).

Dikutip dari Aljazirah, Senin (6/5/2024) polisi mengatakan USC meminta bantuan untuk membubarkan aksi protes tersebut. Polisi memasuki tenda-tenda protes pada Ahad (5/5/2024) pukul 05.00 pagi waktu setempat dan bekerja sama dengan kepolisian kampus untuk membongkar tenda-tenda protes sementara mahasiswa bubar dengan tenang.

Baca Juga

Pembongkaran tenda protes di USC dilakukan satu hari setelah polisi menangkap 25 aktivis pro-Palestina di University of Virginia (UVA). Ketegangan di kampus UVA, Charlottesville pecah ketika pengunjuk rasa damai diserang polisi yang memakai perlengkapan anti huru-hara.

Polisi membongkar paksa tenda-tenda protes dan memborgol sejumlah pengunjuk rasa dengan tali pengikat. Unjuk rasa di kampus-kampus ini terjadi di tahun politik ketika Presiden AS Joe Biden akan berhadapan dengan mantan presiden Donald Trump.

Polisi sudah menangkap sekitar 2.000 orang selama gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang melanda kampus-kampus di seluruh AS. Mahasiswa dan aktivis menuntut universitas untuk memutus hubungan finansial dengan Israel.

Di tengah tekanan politik pada Kamis (2/5/2024), Biden mengatakan warga Amerika memiliki hak untuk protes tapi tidak memicu kekerasan. Banyak kampus di AS termasuk Columbia University di Kota New York memanggil polisi untuk membongkar tenda-tenda protes.

Polisi mengerahkan drone yang terbang di atas sekitar 200 pengunjuk rasa pro-Palestina di University of Texas, Austin. Melalui pelantang polisi meminta pengunjuk rasa menggelar aksinya dengan damai dan tidak terlibat dengan petugas.

Salah satu panitia unjuk rasa dari Komite Solidaritas Palestina di University of Texas di Austin, Adam mengatakan mahasiswa Palestina mengakui dukungan mahasiswa AS untuk Palestina. “Kami tidak akan lagi berurusan dengan darah orang Palestina,” katanya.

Secara terpisah polisi New York mengatakan akhir pekan lalu setidaknya ada empat ancaman bom di sinagog-sinagog di kota itu. Tapi tidak ada yang terbukti kredibel. "Kami tidak akan menoleransi individu yang menabur ketakutan dan anti-semitisme. Mereka yang bertanggung jawab harus diminta pertanggung jawaban atas aksi tercela mereka," kata Gubernur New York Kathy Hochul di media sosial X.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 34 ribu orang Palestina tewas dalam serangan Israel sejak bulan Oktober lalu. Sebagian besar perempuan dan anak-anak. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement